#untoldstory

LIVE

Me :“Apa kemajuan yang kamu rasakan setelah self healing, setalah ngejadiin BTS sebagai healing paling mujarab?”

Gw :“Pasang foto profil dengan wajah setengah aku adalah kemajuan setelah bertahun-tahun tidak pernah memasang foto profil wajah sendiri karena takut di judge oleh orang lain, takut overthinking yang berakibat ke gangguan tidur, dan lainnya.”

Bukan pulih, fangirling hanya pelarian saat isi kepala ngajak mati yuk!

Aku pada Aku.

“Jangan berharap banyak dariku, sebab bisa saja aku penyebab utama kepergianmu.”

Dulu aku menulis karenamu.

Sekarang aku tak tahu lagi alasan untuk tetap menulis. Kehilangan paling beratku, mematikan perasaanku.

Bahwa tak ada lagi tulisan dengan judul dan hastag “Malam Minggu With Bapak”.

Lalu, bagaimana bisa ku bayangkan ramadhan yang bahagia tanpamu…

Lagi heboh dengan berita seorang ibu menggorok 3 leher anaknya. Dua selamat, satu meninggal dunia.

Seketika pengen peluk ibunya, tapi malah peluk diri sendiri. Berkata pada diri sendiri, “kamu bertahan sampai sekarang itu udah hebat banget”.

Tahu kan apa yang paling menakutkan dari diri sendiri?

Aku ingin mati tanpa rasa sakit, ya Allah. Batinku.

Lalu dijawab Allah, “Bagaimana mungkin kau meminta mati tanpa rasa sakit, sedang kekasih-Ku dahulu Ku panggil dengan rasa sakit”.

Bukan karena wajahnya. Tapi karena akhlaknya. Karena rasa cintanya pada Allah yang membuat seseorang tergerak hatinya untuk memintanya pada Allah.

- Saya seperti itu mungkin saat ini. Hanya sebentar, hingga Allah mengatakan “Tidak, bukan dia”.

Ketika orang-orang sibuk memikirkan bagaimana meninggikan status melalui pangkat. Aku sibuk memikirkan bagaimana cara mati tercepat yang tak dibenci oleh Allah.

Saat mereka sibuk memenuhi isi kantong dengan rupiah, aku sibuk mencari cara tercepat mati tanpa rasa sakit.

Tenang saja ini hanya terjadi di dalam kepalaku. Terwujudnya aku sendiri tak tahu kapan.

Di dunia ini ada banyak yang lebih baik dibanding kamu, ada banyak yang lebih pintar dibanding kamu, ada banyak yang sholeh atau sholehah di banding kamu, ada banyak yang cantik atau tampan dibanding kamu.

Orang-orang yang mencari “lebih” akan mengatakan demikian. Karena semakin mencari yang sempurna, semakin banyak “lebih” yang diinginkan, semakin sulit membuat keputusan.

Saking baiknya Allah, manusia dikasih banyak pilihan. Tapi sulit memantapkan hati. Perkara sehidup-sesurga memang se-sulit ini.

Stop menghakimi untuk orang lain. Mengomentari yang tidak kamu ketahui hanya akan melukai orang lain.

Hidup mereka mungkin tak semudah hidupmu, pun sebaliknya. Jadi, mari menjadi manusia yang saling pengertian.

Ibu pernah mendapatiku berbicara sendiri. Tengah malam saat ia haus dan ingin buang air kecil, dia melihatku berbicara pada kursi. Tepatnya kursi dimana bapak selalu duduk jika ia tidak bisa tidur di malam hari.

Ibu sempat bertanya, “kamu ngomong sama siapa?” Kebetulan ada handphone di dekatku langsung ku bilang “nonton drama mama”. Menit berikutnya ibu masuk kembali ke kamarnya.

Bukan tak menerima atau ikhlas dengan kepergian bapak, hanya saja nalarku maaih tak percaya ayahku sudah berada di dekat Allah. Karena takut ibu ngira aku kesurupan kebiasaan itu ku ubah menjadi obrolan ringan di kala subuh, tempat dimana bapak selalu shalat sendirian.

Nanti…

Nanti kalau segalanya sudah jauh lebih baik, kamu boleh istirahat.

Orang-orang yang pernah dikecewakan oleh manusia, tidak akan mudah untuk kembali percaya pada manusia. Sebab, luka mungkin sembuh, namun trauma tidak.

Jika disuruh pilih antara pekerjaan dan orang tua. Hingga ribuan kali pun, tetap orang tua.

Kenapa? Rezeki bisa di cari, Allah tak pernah hilangkan rezki kita kecuali ruh telah pergi meninggalkan jasad.

Tahu apa hal paling menyesakkan dalam hidup selain kematian orang yang kita sayang? Saat ada kesempatan untuk berbakti tapi karena urusan dunia kita melewatkannya.

Tidak Berharap Pada Manusia

Kurang-kurangi berharap dari manusia, sebab yang kau harapkan bisa saja menjadi hal yang paling mengecewakan yang datang padamu.

Bahagiamu, tak perlu kau gantungkan pada manusia. Karena tokoh utama dalam hidupmu adalah dirimu sendiri.

Tidak berharap pada manusia akan membuatmu menjadi manusia yang paling mengutamakan Tuhan, ada masalah sedikit tanya pertama untuk menemukan solusi pada Tuhan, bukan manusia.

Berharaplah bahwa saat harapan kau gantungkan pada manusia, Tuhan ikut serta menuntun harapan itu padamu. Asal kau tak pernah kecewa jika pada akhirnya Tuhan tak mengabulkan harapan itu.

Speak Up

Hm… mumpung lagi jernih sekali isi kepala hari ini mari menulis hal-hal yang wajar saja.

Tahukah kenapa manusia banyak menderita mental illness? Karena semua berasal dari sebuah trauma, besar atau kecil yang namanya trauma tidak akan hilang semudah menghilangkan noda di piring makan hanya dengan sunlight. Bagaimana trauma bisa berkembang menjadi mental illness, mulai dari “Penghakiman” manusia. Bagaimana bisa manusia menghakimi manusia?

Seperti ini…

Korban pelecehan seksual, begitu berbicara di depan umum maka pandangan manusia akan bercabang layaknya ranting pohon. Ada ke bagian positif ada ke bagian negatif, ada yang mendukung, ada yang mencela, bahkan sampai ke taraf BULLY. Sekarang paham kan, kenapa manusia banyak yang saling bunuh hanya dari sebuah KATA.

Mental illness itu bukan perkara gampang, begitu muncul tuh penyakit, sampai mati lu bawa. Bahkan orang yang menderita mental illness tidak berani speak up karena sebagian orang menganggap penderita mental illness itu = orang gila, padahal kan beda ya.

Lucunya, setiap kali ada yang speak up entah kasus bully atau kasus yang lain hal pertama yang ada di otak manusia adalah “alaaah… paling juga si A yang mau. Mungkin emang murah si…. atau komentar ya emang pantas di bully. Emang orangnya gitu….dll”. Kenapa harus menghakimi orang lain sebelum tahu alasan dibaliknya, kenapa tak diam dan menunggu terlebih dahulu sebelum berkomentar. Jika tak bisa jadi manusia baik, setidaknya jangan jadi sumber trauma seseorang. Bisa saja ucapan hari, makian hari ini akan menjadi trauma seseorang seumur hidup.

Hidup dengan rasa bersalah itu gak enak. Seriusan. Dan berdampingan dengan mental illness itu menyiksa, kamu harus pilah pilih orang, cemas dahulu, kemudian ada rasa takut tidak dapat di terima. Banyak hal yang dipertimbangkan, bicara sedikit dikatain orang gila, konsumsi obat dikatain sakit-sakitan. Padahal ada yang ingin di tekan di dalam agar tak meledak dan melukai banyak orang.

Semoga ada sedikit manfaat, semoga ada sedikit pelajaran. Semoga kita selalu menjadi manusia yang bisa memberikan kepedulian kepada orang-orang yang berani melawan rasa takutnya untuk berbicara.

Apa yg berat dari hidup?

Ketika kamu dipaksa untuk menjadi anak laki-laki.

Hidup tak pernah mudah.

Tak pernah pula sulit.

Hidup itu antara…

Antara sulit dan mudah.

Bagian sulit adalah proses menuju kuat.

Bagian mudah adalah hasil dari proses tadi.

Seperti rentangan jarak antara sedih dan tawa, hidup berada di tengah.

Saat terlalu sering tertawa ia berlari ke sedih, pun sebaliknya.

Agar kita ingat, jarak itu akan menyempit, hingga hidup mulai sesak, dan kehilangan nafas.

Dibawah hidup, ada mati yang menunggu.

Mungkin seperti itu, arti dari hidup sekarang ini.

Bintang dan langit sedang berbisik.

Angin tak dibiarkan lewat, takut bergunjing dengan kawanan manusia.

Sayup-sayup bulan mengintip dari balik awan tak kasat mata.

Salah satu alien sedang bingung menentukan hendak pulang kemana.

Tersenyum, tertawa, terlihat bahagia.

Usahaku untuk tetap waras, hebat kan ayah(?)

Bahkan orang tertipu, mengatakan “Wah kau merelakan ayahmu secepat itu, hebat!”.

9 Septermber 2021.

Hari ke-12 kepergian bapak.

아빠…

잘 자.

먹는 것을 잊지 마세요.

많이 먹어주세요.

아름다운 옷을 입으십시오.

아빠…

보고 싶어요.

안녕히 주무세요.

Salam sayang.

아빠 딸

8 September 2021

Hari ke-11 Kepergian Bapak.

Dear Bapak.

Kami baik hari ini.

Ibu sehat, adek sehat, cucu bapak sehat, kakak semua sehat.

Jadi, jangan khawatir lagi. Kami kirim banyak doa semoga sampai ke bapak. Maaf kemarin tidak sempat menulis surat, tubuhku tidak bisa bekerja dengan baik. Tapi In Shaa Allah masih dan selalu akan baik.

Salam sayang buat bapak, semoga baik-baik ya disana.

loading