#pasangan

LIVE

Perjalanan Menemukan

Laki-laki yang sabar.

Sekian tahun yang lalu, laki-laki yang sabar merupakan salah satu kriteria wajib bagiku. Aku tak pernah bosan; tak pernah lelah untuk meminta kepada Tuhanku. Aku tahu kekuranganku; di sisi lain aku paham kelebihanku. Sosok yang aku dambakan benar-benar sulit ku jangkau. Sebab, banyak sekali orang di pandangan masyarakat terlihat baik, bijak, atau paham agama, namun akhlak kepada keluarganya buruk.

Lantas, bagaimana aku bisa menilai?

Ya. Pikirku saat itu. Pikiran yang memiliki batas. Pikiran yang hanya bisa ditakar oleh akal manusia.

Semua lelaki tampak kasar, keras, licik, dan selalu ingin memenangkan segalanya; selalu ingin tampak bijaksana. Padahal, siapa yang tau di dalam hatinya? Kenapa sok tahu?

Sampai berada di satu titik, aku ingin menyerah; hampir-hampir tidak ingin memiliki pasangan hidup. Muak. Segala ucapan serapah rasanya cukup menggambarkan kebencianku. Dari marah yang meletup di kepala, hingga akhirnya sabar yang bersilir dalam dada.

Ya sudah. Aku lelah. Aku hanya memohon perlindungan-Nya.

Lalu entah mengapa, seseorang yang tepat itu datang justru ketika aku pasrah dan menyerahkan segala hidupku pada Allah. Aku tidak lagi bersandar pada diriku sendiri. Aku hanya melanjutkan hidup, take it easy.

Sungguh, semua itu berubah semenjak aku dipertemukan dengannya. Hatiku jauh lebih tenang. Kehadirannya adalah bukti kuasa Allah, bukan semata-mata karena manusia itu sendiri.

Tentu. Ia memang bukan manusia yang sempurna, begitu pula diriku. Namun, kami saling mengisi apa-apa yang rumpang dalam jiwa kami. Ia lebih dari cukup; laki-laki yang begitu sabar menghadapiku. Membuatku berkali-kali terharu ketika aku mengingat kembali seberapa lama aku meminta sosoknya dalam doa.

Aku mengubah perspektifku, bahwa bukan orang lain yang salah, sekali lagi, bukan. Mungkin tak sadar, selama ini aku yang jauh dari Tuhanku. Mungkin tak sadar, aku lupa. Dan begitulah cara Ia menggiring setiap manusia, untuk kembali pada-Nya.

Sungguh, Allah akan mendengar hamba-Nya, sekalipun saat berpeluh doa, ia hanya menangis tanpa berucap kata. Ia tau apa yang ada di dalam hati hamba-Nya.

Kawan, jangan pernah menyerah. Perjuangkan apa yang memang layak diperjuangkan untuk hidupmu; dunia dan akhiratmu. Untuk menggenapi separuh agamamu.

Jikalau kamu takut menikah karena banyak cerita tentang lelaki brengs*k di dunia ini, percayalah, kamu masih punya Allah. Ingat, kamu cuma punya Allah sebagai tempat bersandarmu. Mereka tidak lain adalah jalan berliku yang Allah hadirkan dalam ceritamu.

Kalau kamu sudah lelah mencari, cukup tawakkal, menyandarkan diri pada Pencipta. Mintalah pada-Nya. Bersungguh-sungguh meminta pada Ia Yang Maha Kuasa, tidak akan membuat manusia jera.

Buntok, 6 Desember 2021 | Pena Imaji

Menerima Masa Lalu Pasangan

Setiap orang memang punya masa lalu yang tak perlu dibuka. Terutama setelah menikah nanti. Membukanya hanya membuat keduanya kecewa, sedih, dan sakit hati.

Semua orang punya cerita yang mungkin jauh dari kata sempurna. Tentu saja, manusia penuh dengan lumuran dosa dan durhaka. Disaat kita kecewa dan sulit memaafkan pasangan kita; kita merasa Allah tidak adil; kita merasa sakit hati dengan apa yang sudah diperjuangkan selama ini.

Jadi, cobalah merenung sejenak. Bukankah jodoh adalah cerminan? Barangkali, kita juga punya dosa-dosa dalam urusan lain di masa lalu yang tidak kita sadari, yang menurut Allah itu setimpal. Hingga akhirnya Ia membalasnya di kemudian hari.

Disaat keduanya sama-sama bertaubat dan selalu ingin berubah menjadi lebih baik, Allah pertemukan mereka dalam satu pertemuan dengan rasa syukur tak terkira.

Bukankah tanda taubat manusia itu diterima, salah satunya ialah Allah menghendaki kebaikan untuknya? Jika pernikahan itu baik untuk keduanya dan kedua keluarganya, bukankah ada keberkahan disana?

Kita tidak bisa sepenuhnya menilai seseorang di masa lalu. Sekelas Umar bin Khattab saja juga memiliki masa lalu yang buruk, hingga akhirnya beliau masuk Islam dan mendapat jaminan masuk surga.

Semoga kita bisa mencontoh keimanan orang-orang beriman terdahulu yang sungguh bertaubat pada Allah. Semoga Ia mengakhirkan hidup kita dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiinnn..

Saat hendak menuju pernikahan nanti, tegaskan soal prinsip masa lalu yang tak perlu dibuka dan tak perlu diulangi. Tegaskan lagi, apa semuanya sudah selesai? Supaya tidak menjadi pemicu konflik di masa yang akan datang.

Kita tidak hidup di masa lalu. Masa lalu tidaklah tersisa melainkan pelajaran-pelajaran berharga. Jalani apa yang ada di hari ini, esok, hingga ajal tiba.

Semoga yang merasa trauma dengan suatu hubungan; takut mencintai dan takut ditinggalkan, perlahan pulih dan mampu mengisi tangki cinta yang kosong untuk pasangannya saat ini. Percayalah, hidup dalam kubangan trust issue sungguh melelahkan. Kita bisa-bisa menyakiti pasangan kita karena sulit untuk percaya.

Perbaiki hubungan dengan Allah. Perbaiki amal dan ibadah. Mintalah untuk dimudahkan dalam setiap urusan. Apabila suatu saat kita terkhianati, sungguh, kita masih punya Allah. Dunia hanyalah sementara, untuk akhirat yang kekal selamanya.

Buntok, 27 November 2021 | Pena Imaji

Pendamping Hidup

Carilah pendamping hidup yang rendah hati dan baik akhlaknya. Sepintar apapun ia, sehebat apapun ilmu dan pencapaiannya, sebanyak apapun hartanya, percuma jika dirinya sendirinya lah yang ia banggakan; yang mudah merendahkan orang lain; yang mengukur orang lain hanya berdasarkan parameter dirinya sendiri.

Selepas banyaknya ujian sebelum maupun sesudah menikah, aku jadi sangat bersyukur memiliki support system terbaik yang aku punya. Meski tentu ada tidak sempurnanya, namun aku bersyukur, bagiku dia sudah cukup sempurna untuk mendampingi hari-hariku yang penuh lika-liku ini; menemaniku yang juga banyak kurangnya. Bahkan kalo istilah bucinnya, dia adalah sosok yang aku doakan selama ini, hehe

Jangan pernah bosan berdoa dan meminta sesuatu yang memang kita butuhkan, bukan sekadar yang kita inginkan. Bukankah saat mendapatkan itu, jadi rasa syukur yang luar biasa?

Semakin dewasa, beneran deh, kita nggak butuh pendamping yang muluk-muluk pencapaiannya ini dan itu. Kedudukannya, jabatannya, bagaimana ia di mata orang lain. Kita lebih butuh akhlak baiknya, karena kita hidup dengannya setiap waktu, setiap detik dan setiap saat, bahkan sampai di titik-titik terendah kita.

Terimakasih sudah mau ikut berjuang, suamiku..

Banjarmasin, 29 Maret 2022 | Pena Imaji

Kedudukan Suami dan Istri

Setelah menikah, aku seringkali dihadapkan dengan banyak realita yang bersinggungan dengan kedurhakaan istri terhadap suami, yang berimbas pada retaknya rumah tangga, ketidakharmonisan keluarga, selingkuh, cerai, hingga bunuh diri.

Realita di sekitar itu nyata rasanya. Fenomena durhaka merupakan salah satu ketakutanku dulu saat sebelum menghadapi pernikahan.

Islam mengajarkan, bahwa kedudukan suami itu lebih tinggi dari istri. Bahkan Rasulullah juga pernah menyampaikan, seandainya boleh bersujud pada manusia, Rasulullah memerintahkan istri untuk sujud pada suami. Why? Ya nggak tahu, syariat nggak usah dinalarlogika pake akal, nanti kita ujung-ujungnya malah menuhankan kecerdasan kita sendiri.

Nah, paham kan, gimana pentingnya memilih suami dari segi akhlak dan agama; yang bisa diajak diskusi, dan satu frekuensi soal value hidup? Ya karena gimanapun suami kita nanti, kita harus ngimamke dia loh.

Nggak usah banyakin PR, berharap dia nanti berubah. Manusia nggak semudah itu berubah cuy.Realistisaza.

Mau seperti apapun juga suami, ia tetap memiliki kedudukan di atas istri. Meski barangkali di beberapa case, si istri lebih tinggi status sosialnya, atau keilmuannya, atau hartanya, atau gajinya.

Rasanya penting sekali memahami hal ini. Kalau kita kemakan ego sendiri sih, ya habis sudah rumahtangga. Istri merasa lebih tinggi; merasa nggak mau terlihat lebih rendah atau derajatnya harus sama; merasa nggak butuh suami; merasa bukan hal yang penting melayani suami dari hal-hal kecil. Begitu pula sebaliknya, suami terhadap istri.

Ini sih kembali lagi pada diri masing-masing ya, kita mau pegang value hidup berupa hukum agama atau pemikiran-pemikiran lain? Yaaa yang jelas sih, kita harus menyamakan persepsi itu sebelum masuk ke jenjang pernikahan.

Menjadi suamipun meski kedudukannya lebih tinggi, ya juga jangan banyak menuntut ini dan itu pada istri, toh ia punya keterbatasan. Kenali dirinya, lihat kebiasaannya dulu, latar belakangnya juga, beri waktu ia beradaptasi. Begitu pula istri terhadap suami.

Daripada banyak menuntut diantara keduanya, mending dikomunikasikan, saling diskusi, beri ruang tumbuh satu sama lain. Perjalanan pernikahan ini memang mengharuskan kita belajar, belajar menurunkan ego; belajar untuk saling memenuhi kebutuhan; belajar untuk saling memahami; supaya saling nyaman satu sama lain.

Setelah mendengar kabar salah satu keluarga dari rekan kerja, yang bunuh diri setelah cekcok dengan pasangannya, aku berdiskusi, bercerita pada suami, dan bilang pada suamiku, “Kalau aku ngelakuin kesalahan, tolong mas bilang aja ke aku ya”

Jika saat ini kita diberi pasangan yang baik, maka bersyukurlah. Namun jika belum dipertemukan, percayalah, bahwa yang paling penting dari hidup ini bukan semata-mata pernikahan, melainkan bagaimana kita belajar untuk terus bertumbuh dan berbenah; beradaptasi; berperan dan berdaya; juga memperluas zona nyaman kita.

Buntok, 10 Maret 2022 | Pena Imaji

loading