#memaknai hidup

LIVE

Sabar

Menahan diri untuk tidak berkomentar apapun terhadap orang yang meremehkan, berburuksangka, bahkan mencela kita adalah salah satu bentuk akhlak yang baik. Sebab, kita tidak pernah tahu alasan apa yang mendasari seseorang berbuat demikian dan demikian. Merendahlah hati, karena kita juga belum tentu lebih baik dari orang tersebut.

Tidak perlu banyak berbicara atau menjelaskan diri kita pada orang lain, karena mereka akan tetap berdiri pada penilaiannya sendiri.

Perbanyaklah berbaiksangka, dan kurangi mengurusi urusan orang lain. Lebih baik kita fokus mengintrospeksi diri kita sendiri. Allah yang lebih berhak menilai bagaimana diri kita.

Untuk apa bersedih dengan anggapan orang lain? Toh kalau ada apa-apa di kehidupan kita, mereka juga nggak ikut bertanggungjawab.

Kembalikan semua urusan hanya kepada-Nya; meminta petunjuk dan pertolongan pada-Nya. Sebab, yang benar tahu kondisi tiap manusia hanyalah Ia.

Semoga Allah senantiasa memberi kita hati yang bersih, yang lebih mudah melihat kekurangan diri sendiri daripada orang lain.

Pena Imaji

Perhatian Seorang Kakak

Sore itu, aku membawa beberapa snack brownies untuk muridku di TPA. Kuhadiahkan sebagai reward untuk mereka yang selalu hadir dan menyempatkan mengaji setiap sore.

Hari itu, muridku yang hadir hanya tiga dari enam anak. Aku memberi satu-satu, setelah mereka membaca dan menulis. Lalu, kuberi waktu pada mereka untuk jeda sejenak, sambil bergurau satu sama lain. Yaaa sebelum menghafalkan doa-doa.

Kulihat satu muridku tidak memakan kuenya, dan ia simpan di wadahnya. Lalu kutanya,

“Kenapa nggak dimakan?”

“Gapapa”, jawabnya sambil tersenyum.

“Dimakan aja, itu bareng sama temennya”, kataku.

“Nanti aja, masih kenyang”, katanya.

Setelah kedua temannya selesai menghabiskan kue, kami lanjut menghafal dan mengulang kembali doa-doa harian. Setelah semuanya selesai, aku hadiahkan brownies lagi, satu-satu sebelum mereka pulang.

Muridku yang tadi, kukira akan memakan kuenya, namun kulihat ia menyimpannya lagi. Sampai temannya pun ikut bertanya kenapa tidak dimakan kue nya. Temannya itu mengajak untuk makan kue bersama-sama.

“Ayoklah syifa, kita makan kuenya”.

“Kena untuk ading ulun”, katanya.

Nanti untuk adikku, katanya.

Aku sontak terkejut mendengar jawaban si anak polos berumur tujuh tahun itu. Ternyata, ia menyimpan kue (yang hanya sedikit) untuk adiknya di rumah. Aku tersenyum. Betapa aku terharu mendengarnya.

Kupikir, perhatian seorang kakak seringkali dengan pengorbanan, meski dari hal-hal kecil. Ia tentu akan lebih senang memakan brownies berdua dengan adiknya, daripada ia makan untuk dirinya sendiri. Hal ini tentu tidak lepas dari peran orang tua yang baik dalam mendidik anak-anaknya.

Jika kita menganggap bahwa anak adalah investasi terbesar akhirat kita, maka kita tidak akan menganggapnya sebagai beban. Justru kita akan sungguh menyayangi dan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kita akan berusaha memperbaiki diri; memberi contoh yang baik; juga mendidiknya dengan sebaik mungkin.

Bahkan semuanya diikhtiarkan sejak sebelum menikah, juga memilih pasangan.

Semoga setiap dari kita yang mengusahakan keturunan, bisa menjadi orang tua yang baik; serta menjaganya sebaik mungkin agar menjadi anak yang shalih, taat, serta memiliki rasa takut dan pengharapan kepada Rabbnya.

Draft yang ditulis di Buntok, 19 Januari 2021 | Pena Imaji

Orang yang Terluka

Ketika seseorang sudah terlalu sering merasakan sakit hati, rasanya akan kebas, mati rasa, dan ia cenderung lebih mudah menyakiti orang lain tanpa peduli efek setelahnya. Sebuah naluri untuk melindungi dirinya sendiri dari rasa kecewa

Tangki cinta yang ia punya kosong. Ia bahkan tidak tau bagaimana caranya mencintai orang lain. Bentuk cinta kepada dirinya sendiri sejatinya hanyalah sebuah tameng, supaya ia terhindar dari luka

Ia tidak pernah merasa dicintai, juga merasa sulit percaya pada orang lain. Ia merasa lebih baik hidup sendiri, tanpa orang yang berpotensi menyakiti dirinya

Jika kita temui orang sepertinya, peluklah dia. Ia hanya perlu dipahami, ditemani, tanpa harus dinasihati dengan kata-kata

Pena Imaji

Kembali

Kalau dipikir-pikir, menyandarkan apapun—bahkan hal-hal kecil, hanya kepada Allah itu jauh lebih tenang. Belajar untuk tegak di atas kaki sendiri, dengan artian gak menggantungkan apapun ke manusia. Asli sih ini, jauh lebih lapang.

Tetap berbuat baik itu mudah, tapi nyatanya nggak semudah itu saat kita berbuat baik agar dibalas serupa, tapi mendapati kenyataan justru tidak demikian.

Disaat kita merasa sudah berkorban, rasanya menyakitkan kalau tak sadar tujuan kita adalah manusia, bukan Pencipta.

Ya, begitulah.

Pada dasarnya, manusia memang sering salah dan lupa, tujuan yang baik kadang berbelok. Itulah mengapa Allah hadirkan rasa sakit, kecewa, atau hal serupa, supaya kita lebih sadar diri, kepada Siapa seharusnya kita kembali.

Buntok, 16 Januari 2022 | Pena Imaji

Carilah Ridha Allah

Sebelum memutuskan untuk menikah, aku sudah menyadari sebagian tanggungjawabku sebagai anak pertama pada adik-adikku. Itulah mengapa aku menanyakan pada calon suamiku terlebih dahulu, apa aku diizinkan bekerja setelah menikah?

Lalu, ia mengiyakan dan memberi beberapa penjelasan.

Mengingat aku adalah anak pertama, yang memang dituntut keadaan supaya mandiri. Sebab, siapa yang tau keadaan di kemudian hari? Orang tua yang kian hari menua. Sedangkan aku yang masih energik melakukan ini dan itu, merasa sangat bersalah kalau hanya berdiam diri.

Idealis boleh, namun, semuanya harus dipikirkan secara realistis. Setiap orang tentu punya kondisi yang berbeda-beda, jadi nggak usah julid sama pilihan orang lain.

Setelah menikah, kami banyak diskusi terkait dengan keputusan-keputusan dalam rumahtangga, menghadapi setiap problem dengan mencari jalan keluar bersama. Dia bukan tipikal fixed mindset, alhamdulillahnya sih gitu. Kalo enggak, mungkin kapalnya udah karam wkwkwk.

Kami sama-sama men-support satu sama lain, selama hal itu tidak keluar dari batasan syariat.

Aku memilih pekerjaan yang mudah, yang tidak mengganggu tugas utamaku di dalam rumahtangga. Tak lupa selalu meminta pada Allah untuk menunjukkan mana-mana jalan yang terbaik untukku, juga keluargaku.

Mencobaupgrade skill baru, mencari beberapa peluang, namun tidak disangka-sangka, sepertinya Allah lebih ridha aku tetap jadi guru hehehe.

Yang menjadi keyakinanku saat ini, tawakkal itu sangat penting, tapi juga harus dibarengi usaha. Ketika semua sudah dilakukan, mintalah petunjuk supaya diberi jalan terbaik, pilihan mana yang lebih Allah ridhai.

Buntok, 12 Januari 2022 | Pena Imaji

Ujian Rumahtangga

“Tau nggak kenapa Allah hadapkan hal gini ke kita? Biar kita sungguh-sungguh berdoa”, katanya beberapa hari yang lalu.

“Iya. Mungkin kita hampir lalai, kita sering lupa sama Allah. Lupa untuk meminta, dan mendekatkan diri pada-Nya”, kataku.

“Jangan tinggalin aku ya, gimanapun keadaannya”, katanya lagi.

Aku memeluknya..

Begitulah kehidupan rumahtangga yang memang harus dihadapi berdua, dijalani berdua, dan di-ikhtiarkan bersama-sama. Harus siap dengan konsekuensi yang dijalani, apapun yang terjadi di depan nanti. Kalau sebelum menikah kita sering tidak terima dengan apa yang terjadi pada diri sendiri, bagaimana kita mampu menerima apa yang terjadi pada orang lain?

Teringat sebuah nasihat ustadz beberapa tahun yang lalu,

“Kalau hidup kita ini enak, semuanya baik-baik saja, semua serba sempurna, kapan kita berdoa dan memohon ke Allah? Manusia seringnya lupa saat dihadapkan dengan kenikmatan.”

Betul juga. Ujian dalam bentuk teguran terkadang lebih mudah kita pahami, daripada ujian dalam bentuk kesenangan dunia.

Manusia hanya bisa berencana, kalkulasinya terbatas, dan semua bisa berubah karena keinginan Allah. Kun fayakun, begitulah kuasa Allah.Ia yang memiliki segalanya, sedangkan manusia tidak. Itulah mengapa kita harus terus meminta pada-Nya, mengingat Ia dalam keadaan sedih maupun senang; mengembalikan segala sesuatu hanya kepada-Nya.

Semua manusia akan diuji, entah dia kaya atau miskin; punya kedudukan atau enggak; pedagang atau pekerja kantoran, semuanya tentu punya ujiannya masing-masing, sesuai dengan kadar kemampuannya.

Kadangkala yang membedakan ialah bagaimana kita menyikapinya, akankah kita bersyukur? Atau malah kufur?

Pena Imaji

Menikah apakah bahagia?

Terkadang, kita terlihat baik-baik saja dan mampu bersyukur bukan karena tidak ada ujian dalam hidup, melainkan karena hati terasa lapang atas apapun yang terjadi

Menikah itu bahagia, asalkan kita mau memperjuangkan kebahagiaan itu sendiri

Jangan semata-mata mencari bahagia dari pernikahan. Sebab, dalam pernikahan juga ada ujiannya. Kalau ingin bahagia, carilah dengan cara memperdalam agama. Ketika kita semakin mengenal Allah dan merasa cukup atas takdir-takdirNya, maka seberat apapun ujian, akan terasa mudah untuk diterima dan dijalani~

Carilah partner yang bisa menjadi support system; yang bisa diajak diskusi, kerjasama, dan terbuka untuk belajar hal-hal baru

Banjarmasin, 15 Desember 2021 | Pena Imaji

Menikah adalah titik sadar dari mencari diri sendiri. Menjadi sebuah permulaan, apa sebenarnya tujuan kita di dunia ini?

Akan ada banyak persamaan sekaligus perbedaan untuk saling melengkapi, menuju satu tujuan mengendarai satu bahtera, melewati jalan yang searah.

Maka dari itu, pahamilah diri kita sendiri; menguatkan apa yang kita pegang sebagai prinsip, bukan mengikuti standar orang lain.

Selamat mencari dan menemukan siapa sebenarnya diri kita sendiri!

Buntok, 1 November 2021 | Pena Imaji

Ujian Kebaikan dan Keburukan

Disaat kita merasa senang, bahagia, atau hal indah lainnya, kita merasa Allah sayang pada kita karena telah banyak memberi nikmat. Padahal belum tentu, bisa jadi kebahagiaan tersebut adalah sebuah ujian bagi kita.

“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku.”” (QS. Al Fajr: 15)

Sedangkan kita merasa diuji saat merasa sedih, terpuruk, sempit atau hal-hal buruk lainnya yang membuat hati gundah gulana. Kita merasa Allah tidak sayang pada kita. Padahal, kita tidak tau bisa jadi Allah beri kebaikan dibalik musibah tersebut.

“Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku telah menghinakanku.”” (Q.S Al Fajr: 16)

“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan). Dan kepada Kami kalian dikembalikan” (Q.S Al-Anbiya: 35)

Allah berikan kenikmatan dan kesedihan untuk kita silih berganti. Namun, apakah keduanya membuat kita semakin dekat dengan Allah? Atau malah semakin menjauhkan kita dari-Nya? Segala keadaan yang Allah hadirkan dalam hidup kita ialah ujian.

Semoga, hati kita tidak lalai dari mengingat-Nya, dan pula tidak meremehkan perintah juga larangan-Nya. Hanya hati kita sendiri yang jujur merasakan, apakah kita dekat atau semakin jauh dari Allah?

Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbiy ‘ala diinik. Yaa musharrifal quluub sharrif qalbiy 'ala thaa'atik

Buntok, 30 Oktober 2021 | Pena Imaji

REZEKI

Ada orang yang gajinya diberi lebih banyak, namun ia harus memenuhi kebutuhan orang tua, anak istri, juga saudaranya. Ada orang yang gajinya lebih sedikit, namun ia cukup karena hanya memenuhi kebutuhan keluarganya.

Ada yang gajinya sedikit, namun ia cukup karena tidak memiliki tanggungan dan hanya menghidupi dirinya sendiri. Ada yang gajinya kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun orang tuanya membantu untuk mencukupi.

Seringkali kita perhitungan, membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Padahal Allah-lah yang sudah mengatur rezeki masing-masing manusia.

Semua harta milik Allah, bukan milik kita sendiri. Seringkali kita merasa harta kita adalah kepunyaan, padahal semuanya itu dari Allah.

Dada kita terasa sempit untuk memberi, karena terus merasa kurang. Padahal apa yang kita beri itu, adalah sebenar-benar harta tabungan kita.

Dan yang membuat kita lapang kepada apa yang diberikan Allah adalah rasa cukup.

Sebanyak apapun harta kalau kita gak mau bersyukur, maka kita akan terus merasa kurang. Pun sesulit apapun kondisi, kalau kita percaya Allah yang akan mencukupi, maka kita tidak akan merasa kekurangan.

Buntok, 12 Mei 2022 | Pena Imaji

Setelah Menikah

Memang benar, setelah menikah hidup kita akan banyak berubah, termasuk lingkar pertemanan. Teman jadi lebih sedikit, sulit punya teman akrab seperti saat single. Karena lingkungan banyak yang berubah, sulit sekali rasanya mencari yang satu frekuensi. Aku merasa tidak bisa melebur seperti dulu. Seperti sekadarnya aja gitu masuk dalam lingkar pertemanan.

Itulah kenapa, pasangan jadi berpengaruh banget sama keseharian kita. Jadi inget nasihat-nasihat selama masuk sirkel career class, salah satunya saat memilih jodoh, pastikan akal dan logika lebih dominan, karena kita harus mempertimbangkan banyak hal; dari hal-hal sensitif, sampai value-value hidup kita lainnya.

Saat berproses dengan calon suami, akupun berusaha menerapkan apa-apa yang akhirnya aku temui titik terangnya. Saat itu, logika lebih dominan. Perasaan hanya sebatas, rasanya lebih tenang setelah istikharah. Pas ketemu atau denger suara dia aja, entah kenapa rasanya menenangkan. Cielah..

Jadi, ketika menjalani rumahtangga, berasa punya suami yang bisa mengayomi, jadi partner sekaligus jadi sahabat paling dekat, setelah terpisah jauh dari sahabat-sahabat dulu. Ya.. ternyata sama suami emang satu frekuensi. Mulai dari deep talking tentang agama atau hal dunia, sampe receh-recehnya segala wkwk

Sekarang.. saat melihat sirkel yang dengan mudahnya memakai uang kantor untuk keperluan pribadi; melihat orang-orang yang menormalisasi mengambil pinjaman ratusan juta di bank demi gaya hidup’; menjual diri karena merasa kurang memenuhi kebutuhan hidup; dan masih banyak lagi.

Membuatku kaget sekaligus banyak bersyukur. Allah nggak kasih aku hati yang tamak terhadap dunia. Aku bersyukur akan hal itu. Hidup tanpa hutang itu menenangkan. Buat aku yang pelupa, lebih memilih nggak suka pinjam-pinjam, apalagi pinjam ke bank cuma demi gaya hidup, ya sama sekali nggak terpikirkan.

Semoga Allah selalu beri kita hati yang cukup atas apa-apa yang kita miliki. Toh, meski seberapa banyak yang Allah titipkan, kalau kita tidak merasa cukup, kita akan terus merasa kurang. Jangan sampai karena merasa kurang, kita cari jalan pintas mengambil dari hal-hal yang haram.

Banjarmasin, 16 April 2022 | Pena Imaji

Males Nabung

Kadang yang bikin kita males nabung itu karena nggak punya goals. Asal nabung, nggak ada financial planning, pos tabungan, nggak ada target, nggak ada keinginan untuk investasi jangka panjang. Ya memang sih, hidup cuma sekali, harta nggak dibawa mati. Jadinya mumpung ada, beli ini itu padahal nggak urgent, pola makan pun nggak dijaga. Nikmatin aja hidup ini, katanya. Padahal, kesehatan itu investasi jangka panjang juga, loh.

Nabung itu penting. Sedekah itu juga penting. Sedekah itu menabung untuk urusan akhirat (diutamakan keluarga, orang tua); menabung harta itu urusan dunia.

Cukup hidup sederhana, beli semampunya, seperlunya, nanti kalo banyak-banyak hisab di akhirat juga banyak, euy. Nggak usah gengsi di mata orang lain terlihat hidup sederhana; jarang jalan-jalan, stay cation, beli baju baru, tas baru, sepatu baru, toh mereka juga nggak ngasih apa-apa ke kita, kan?

Jangan males nabung, ya. Seenggaknya nanti kalo kita lagi susah, jadi nggak nyusahin orang lain, karena punya tabungan sendiri.

Pena Imaji

Rezeki

Salah satu rezeki setelah menikah ialah punya mertua dan kakak ipar yang baik dan pengertian. Semoga setiap kebaikan yang dilakukan, dinilai Allah sebagai amal, dan kembali pada diri kita masing-masing.

Jangan pernah lelah berbuat tulus kepada orang lain. Percayalah, bahwa Allah yang akan membalasnya dari arah yang tidak kita sangka-sangka.

Apabila salah satu dari kita merasa tidak beruntung nasibnya, bisa jadi itu adalah sisi lain nikmat dari Allah. Ya, agar kita tetap bersabar dan berbuat baik. Bukankah menghadapi ujian itu juga nikmat? Nikmat meraih banyak pahala, kalau kita mau lapang dan bersyukur.

Alhamdulillahi bini'matihi tatimmush shalihaat..

Banjarmasin, 11 April 2022 | Pena Imaji

Pendamping Hidup

Carilah pendamping hidup yang rendah hati dan baik akhlaknya. Sepintar apapun ia, sehebat apapun ilmu dan pencapaiannya, sebanyak apapun hartanya, percuma jika dirinya sendirinya lah yang ia banggakan; yang mudah merendahkan orang lain; yang mengukur orang lain hanya berdasarkan parameter dirinya sendiri.

Selepas banyaknya ujian sebelum maupun sesudah menikah, aku jadi sangat bersyukur memiliki support system terbaik yang aku punya. Meski tentu ada tidak sempurnanya, namun aku bersyukur, bagiku dia sudah cukup sempurna untuk mendampingi hari-hariku yang penuh lika-liku ini; menemaniku yang juga banyak kurangnya. Bahkan kalo istilah bucinnya, dia adalah sosok yang aku doakan selama ini, hehe

Jangan pernah bosan berdoa dan meminta sesuatu yang memang kita butuhkan, bukan sekadar yang kita inginkan. Bukankah saat mendapatkan itu, jadi rasa syukur yang luar biasa?

Semakin dewasa, beneran deh, kita nggak butuh pendamping yang muluk-muluk pencapaiannya ini dan itu. Kedudukannya, jabatannya, bagaimana ia di mata orang lain. Kita lebih butuh akhlak baiknya, karena kita hidup dengannya setiap waktu, setiap detik dan setiap saat, bahkan sampai di titik-titik terendah kita.

Terimakasih sudah mau ikut berjuang, suamiku..

Banjarmasin, 29 Maret 2022 | Pena Imaji

Berbuat Baik

Jangan pernah memberi atau membantu orang lain, kalau kamu mengharap balasan darinya. Berilah karena memang kamu ingin memberi atau membantunya, tanpa perhitungan.

Menyedihkan sekali jika ada orang pernah membantumu, lalu mengungkit pernah memberi kamu ini dan itu, bahkan meminta kembali apa yang sudah ia beri.

Jadi, kamu jangan seperti itu..

Berilah orang lain dengan ikhlas, tanpa mengharap balasan apapun. Percayalah, apabila kamu tulus membantu, meski punyamu sendiri tidaklah banyak, Allah yang akan membalas kebaikanmu, bahkan dari arah yang tidak pernah kamu sangka sekalipun.

Pena Imaji

Kedudukan Suami dan Istri

Setelah menikah, aku seringkali dihadapkan dengan banyak realita yang bersinggungan dengan kedurhakaan istri terhadap suami, yang berimbas pada retaknya rumah tangga, ketidakharmonisan keluarga, selingkuh, cerai, hingga bunuh diri.

Realita di sekitar itu nyata rasanya. Fenomena durhaka merupakan salah satu ketakutanku dulu saat sebelum menghadapi pernikahan.

Islam mengajarkan, bahwa kedudukan suami itu lebih tinggi dari istri. Bahkan Rasulullah juga pernah menyampaikan, seandainya boleh bersujud pada manusia, Rasulullah memerintahkan istri untuk sujud pada suami. Why? Ya nggak tahu, syariat nggak usah dinalarlogika pake akal, nanti kita ujung-ujungnya malah menuhankan kecerdasan kita sendiri.

Nah, paham kan, gimana pentingnya memilih suami dari segi akhlak dan agama; yang bisa diajak diskusi, dan satu frekuensi soal value hidup? Ya karena gimanapun suami kita nanti, kita harus ngimamke dia loh.

Nggak usah banyakin PR, berharap dia nanti berubah. Manusia nggak semudah itu berubah cuy.Realistisaza.

Mau seperti apapun juga suami, ia tetap memiliki kedudukan di atas istri. Meski barangkali di beberapa case, si istri lebih tinggi status sosialnya, atau keilmuannya, atau hartanya, atau gajinya.

Rasanya penting sekali memahami hal ini. Kalau kita kemakan ego sendiri sih, ya habis sudah rumahtangga. Istri merasa lebih tinggi; merasa nggak mau terlihat lebih rendah atau derajatnya harus sama; merasa nggak butuh suami; merasa bukan hal yang penting melayani suami dari hal-hal kecil. Begitu pula sebaliknya, suami terhadap istri.

Ini sih kembali lagi pada diri masing-masing ya, kita mau pegang value hidup berupa hukum agama atau pemikiran-pemikiran lain? Yaaa yang jelas sih, kita harus menyamakan persepsi itu sebelum masuk ke jenjang pernikahan.

Menjadi suamipun meski kedudukannya lebih tinggi, ya juga jangan banyak menuntut ini dan itu pada istri, toh ia punya keterbatasan. Kenali dirinya, lihat kebiasaannya dulu, latar belakangnya juga, beri waktu ia beradaptasi. Begitu pula istri terhadap suami.

Daripada banyak menuntut diantara keduanya, mending dikomunikasikan, saling diskusi, beri ruang tumbuh satu sama lain. Perjalanan pernikahan ini memang mengharuskan kita belajar, belajar menurunkan ego; belajar untuk saling memenuhi kebutuhan; belajar untuk saling memahami; supaya saling nyaman satu sama lain.

Setelah mendengar kabar salah satu keluarga dari rekan kerja, yang bunuh diri setelah cekcok dengan pasangannya, aku berdiskusi, bercerita pada suami, dan bilang pada suamiku, “Kalau aku ngelakuin kesalahan, tolong mas bilang aja ke aku ya”

Jika saat ini kita diberi pasangan yang baik, maka bersyukurlah. Namun jika belum dipertemukan, percayalah, bahwa yang paling penting dari hidup ini bukan semata-mata pernikahan, melainkan bagaimana kita belajar untuk terus bertumbuh dan berbenah; beradaptasi; berperan dan berdaya; juga memperluas zona nyaman kita.

Buntok, 10 Maret 2022 | Pena Imaji

loading