#kehidupan

LIVE

Rezeki

Salah satu rezeki setelah menikah ialah punya mertua dan kakak ipar yang baik dan pengertian. Semoga setiap kebaikan yang dilakukan, dinilai Allah sebagai amal, dan kembali pada diri kita masing-masing.

Jangan pernah lelah berbuat tulus kepada orang lain. Percayalah, bahwa Allah yang akan membalasnya dari arah yang tidak kita sangka-sangka.

Apabila salah satu dari kita merasa tidak beruntung nasibnya, bisa jadi itu adalah sisi lain nikmat dari Allah. Ya, agar kita tetap bersabar dan berbuat baik. Bukankah menghadapi ujian itu juga nikmat? Nikmat meraih banyak pahala, kalau kita mau lapang dan bersyukur.

Alhamdulillahi bini'matihi tatimmush shalihaat..

Banjarmasin, 11 April 2022 | Pena Imaji

Pendamping Hidup

Carilah pendamping hidup yang rendah hati dan baik akhlaknya. Sepintar apapun ia, sehebat apapun ilmu dan pencapaiannya, sebanyak apapun hartanya, percuma jika dirinya sendirinya lah yang ia banggakan; yang mudah merendahkan orang lain; yang mengukur orang lain hanya berdasarkan parameter dirinya sendiri.

Selepas banyaknya ujian sebelum maupun sesudah menikah, aku jadi sangat bersyukur memiliki support system terbaik yang aku punya. Meski tentu ada tidak sempurnanya, namun aku bersyukur, bagiku dia sudah cukup sempurna untuk mendampingi hari-hariku yang penuh lika-liku ini; menemaniku yang juga banyak kurangnya. Bahkan kalo istilah bucinnya, dia adalah sosok yang aku doakan selama ini, hehe

Jangan pernah bosan berdoa dan meminta sesuatu yang memang kita butuhkan, bukan sekadar yang kita inginkan. Bukankah saat mendapatkan itu, jadi rasa syukur yang luar biasa?

Semakin dewasa, beneran deh, kita nggak butuh pendamping yang muluk-muluk pencapaiannya ini dan itu. Kedudukannya, jabatannya, bagaimana ia di mata orang lain. Kita lebih butuh akhlak baiknya, karena kita hidup dengannya setiap waktu, setiap detik dan setiap saat, bahkan sampai di titik-titik terendah kita.

Terimakasih sudah mau ikut berjuang, suamiku..

Banjarmasin, 29 Maret 2022 | Pena Imaji

Menunggu Ujian

Sekiranya manusia itu benar-benar ikhlas saat diuji, dan mengembalikan semua urusannya pada Pencipta, niscaya hatinya pun menjadi tenang dan lapang. Semoga ada banyak dosa yang digugurkan disana, dikuatkan hatinya, dimudahkan segala urusannya.

Sebab, sebaik apapun yang manusia ikhtiarkan, Allah selalu memberi jalan cerita yang jauh lebih baik. Memberikan banyak arti dan pelajaran untuk manusia itu sendiri.

Bersyukur bukan hanya bicara tentang nikmat hidup, melainkan juga nikmat diuji agar selalu mengingat segala kuasa-Nya.

Banjarmasin, 28 Maret 2022 | Pena Imaji

Ruang Penerimaan

Kalau kita merasa menyesal dengan keputusan-keputusan yang kita ambil, padahal sudah melibatkan Allah atas keputusan tersebut. Sebenarnya itu bukan penyesalan, kita hanya perlu belajar bagaimana caranya menerima.

Dari penerimaan itu, justru kita akan banyak belajar; saling mengenal dan akhirnya bisa saling mendukung satu sama lain.

Saat sebelum menikah, persiapkan banyak-banyak ruang penerimaan. Sebab, kitapun harus sadar, kita ini juga butuh diterima, yang itu berarti kitapun harus bisa menerima bagaimana orang lain.

Sangat disayangkan, apabila banyak dari kita tidak mau menerima hal-hal kecil yang sebenarnya bisa ditoleransi, atau hal-hal lain yang bisa dicari jalan keluarnya bersama. Hanya saja, kita menyerah untuk mengupayakannya.

Bukankah Allah tidak akan memberi sesuatu diluar kemampuan hamba-Nya?

Pena Imaji

Kedudukan Suami dan Istri

Setelah menikah, aku seringkali dihadapkan dengan banyak realita yang bersinggungan dengan kedurhakaan istri terhadap suami, yang berimbas pada retaknya rumah tangga, ketidakharmonisan keluarga, selingkuh, cerai, hingga bunuh diri.

Realita di sekitar itu nyata rasanya. Fenomena durhaka merupakan salah satu ketakutanku dulu saat sebelum menghadapi pernikahan.

Islam mengajarkan, bahwa kedudukan suami itu lebih tinggi dari istri. Bahkan Rasulullah juga pernah menyampaikan, seandainya boleh bersujud pada manusia, Rasulullah memerintahkan istri untuk sujud pada suami. Why? Ya nggak tahu, syariat nggak usah dinalarlogika pake akal, nanti kita ujung-ujungnya malah menuhankan kecerdasan kita sendiri.

Nah, paham kan, gimana pentingnya memilih suami dari segi akhlak dan agama; yang bisa diajak diskusi, dan satu frekuensi soal value hidup? Ya karena gimanapun suami kita nanti, kita harus ngimamke dia loh.

Nggak usah banyakin PR, berharap dia nanti berubah. Manusia nggak semudah itu berubah cuy.Realistisaza.

Mau seperti apapun juga suami, ia tetap memiliki kedudukan di atas istri. Meski barangkali di beberapa case, si istri lebih tinggi status sosialnya, atau keilmuannya, atau hartanya, atau gajinya.

Rasanya penting sekali memahami hal ini. Kalau kita kemakan ego sendiri sih, ya habis sudah rumahtangga. Istri merasa lebih tinggi; merasa nggak mau terlihat lebih rendah atau derajatnya harus sama; merasa nggak butuh suami; merasa bukan hal yang penting melayani suami dari hal-hal kecil. Begitu pula sebaliknya, suami terhadap istri.

Ini sih kembali lagi pada diri masing-masing ya, kita mau pegang value hidup berupa hukum agama atau pemikiran-pemikiran lain? Yaaa yang jelas sih, kita harus menyamakan persepsi itu sebelum masuk ke jenjang pernikahan.

Menjadi suamipun meski kedudukannya lebih tinggi, ya juga jangan banyak menuntut ini dan itu pada istri, toh ia punya keterbatasan. Kenali dirinya, lihat kebiasaannya dulu, latar belakangnya juga, beri waktu ia beradaptasi. Begitu pula istri terhadap suami.

Daripada banyak menuntut diantara keduanya, mending dikomunikasikan, saling diskusi, beri ruang tumbuh satu sama lain. Perjalanan pernikahan ini memang mengharuskan kita belajar, belajar menurunkan ego; belajar untuk saling memenuhi kebutuhan; belajar untuk saling memahami; supaya saling nyaman satu sama lain.

Setelah mendengar kabar salah satu keluarga dari rekan kerja, yang bunuh diri setelah cekcok dengan pasangannya, aku berdiskusi, bercerita pada suami, dan bilang pada suamiku, “Kalau aku ngelakuin kesalahan, tolong mas bilang aja ke aku ya”

Jika saat ini kita diberi pasangan yang baik, maka bersyukurlah. Namun jika belum dipertemukan, percayalah, bahwa yang paling penting dari hidup ini bukan semata-mata pernikahan, melainkan bagaimana kita belajar untuk terus bertumbuh dan berbenah; beradaptasi; berperan dan berdaya; juga memperluas zona nyaman kita.

Buntok, 10 Maret 2022 | Pena Imaji

Betapa banyak manusia membanggakan dirinya sendiri, namun, dengan cara merendahkan orang lain. Padahal, cara bagaimana ia memperlakukan orang lain itulah merupakan cerminan dari dirinya sendiri.

Semoga setelah melihat seperti itu, kita banyak memohon ampun pada Allah. Mintalah pada Ia agar kita dikaruniai hati yang bersih, yang tidak mudah menjustifikasi orang lain; yang tidak mudah merendahkan orang lain; yang mudah memaafkan perbuatan orang lain; yang mudah berbaiksangka; yang mudah memberi udzur kepada orang lain atas apa-apa yang tidak kita ketahui.

Sebab, mana tahu yang kita kira lebih buruk, esok, ia jauh lebih mulia di sisi Tuhannya.

Pena Imaji

loading