#penaimaji

LIVE

Sabar

Menahan diri untuk tidak berkomentar apapun terhadap orang yang meremehkan, berburuksangka, bahkan mencela kita adalah salah satu bentuk akhlak yang baik. Sebab, kita tidak pernah tahu alasan apa yang mendasari seseorang berbuat demikian dan demikian. Merendahlah hati, karena kita juga belum tentu lebih baik dari orang tersebut.

Tidak perlu banyak berbicara atau menjelaskan diri kita pada orang lain, karena mereka akan tetap berdiri pada penilaiannya sendiri.

Perbanyaklah berbaiksangka, dan kurangi mengurusi urusan orang lain. Lebih baik kita fokus mengintrospeksi diri kita sendiri. Allah yang lebih berhak menilai bagaimana diri kita.

Untuk apa bersedih dengan anggapan orang lain? Toh kalau ada apa-apa di kehidupan kita, mereka juga nggak ikut bertanggungjawab.

Kembalikan semua urusan hanya kepada-Nya; meminta petunjuk dan pertolongan pada-Nya. Sebab, yang benar tahu kondisi tiap manusia hanyalah Ia.

Semoga Allah senantiasa memberi kita hati yang bersih, yang lebih mudah melihat kekurangan diri sendiri daripada orang lain.

Pena Imaji

Perhatian Seorang Kakak

Sore itu, aku membawa beberapa snack brownies untuk muridku di TPA. Kuhadiahkan sebagai reward untuk mereka yang selalu hadir dan menyempatkan mengaji setiap sore.

Hari itu, muridku yang hadir hanya tiga dari enam anak. Aku memberi satu-satu, setelah mereka membaca dan menulis. Lalu, kuberi waktu pada mereka untuk jeda sejenak, sambil bergurau satu sama lain. Yaaa sebelum menghafalkan doa-doa.

Kulihat satu muridku tidak memakan kuenya, dan ia simpan di wadahnya. Lalu kutanya,

“Kenapa nggak dimakan?”

“Gapapa”, jawabnya sambil tersenyum.

“Dimakan aja, itu bareng sama temennya”, kataku.

“Nanti aja, masih kenyang”, katanya.

Setelah kedua temannya selesai menghabiskan kue, kami lanjut menghafal dan mengulang kembali doa-doa harian. Setelah semuanya selesai, aku hadiahkan brownies lagi, satu-satu sebelum mereka pulang.

Muridku yang tadi, kukira akan memakan kuenya, namun kulihat ia menyimpannya lagi. Sampai temannya pun ikut bertanya kenapa tidak dimakan kue nya. Temannya itu mengajak untuk makan kue bersama-sama.

“Ayoklah syifa, kita makan kuenya”.

“Kena untuk ading ulun”, katanya.

Nanti untuk adikku, katanya.

Aku sontak terkejut mendengar jawaban si anak polos berumur tujuh tahun itu. Ternyata, ia menyimpan kue (yang hanya sedikit) untuk adiknya di rumah. Aku tersenyum. Betapa aku terharu mendengarnya.

Kupikir, perhatian seorang kakak seringkali dengan pengorbanan, meski dari hal-hal kecil. Ia tentu akan lebih senang memakan brownies berdua dengan adiknya, daripada ia makan untuk dirinya sendiri. Hal ini tentu tidak lepas dari peran orang tua yang baik dalam mendidik anak-anaknya.

Jika kita menganggap bahwa anak adalah investasi terbesar akhirat kita, maka kita tidak akan menganggapnya sebagai beban. Justru kita akan sungguh menyayangi dan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kita akan berusaha memperbaiki diri; memberi contoh yang baik; juga mendidiknya dengan sebaik mungkin.

Bahkan semuanya diikhtiarkan sejak sebelum menikah, juga memilih pasangan.

Semoga setiap dari kita yang mengusahakan keturunan, bisa menjadi orang tua yang baik; serta menjaganya sebaik mungkin agar menjadi anak yang shalih, taat, serta memiliki rasa takut dan pengharapan kepada Rabbnya.

Draft yang ditulis di Buntok, 19 Januari 2021 | Pena Imaji

Orang yang Terluka

Ketika seseorang sudah terlalu sering merasakan sakit hati, rasanya akan kebas, mati rasa, dan ia cenderung lebih mudah menyakiti orang lain tanpa peduli efek setelahnya. Sebuah naluri untuk melindungi dirinya sendiri dari rasa kecewa

Tangki cinta yang ia punya kosong. Ia bahkan tidak tau bagaimana caranya mencintai orang lain. Bentuk cinta kepada dirinya sendiri sejatinya hanyalah sebuah tameng, supaya ia terhindar dari luka

Ia tidak pernah merasa dicintai, juga merasa sulit percaya pada orang lain. Ia merasa lebih baik hidup sendiri, tanpa orang yang berpotensi menyakiti dirinya

Jika kita temui orang sepertinya, peluklah dia. Ia hanya perlu dipahami, ditemani, tanpa harus dinasihati dengan kata-kata

Pena Imaji

Kembali

Kalau dipikir-pikir, menyandarkan apapun—bahkan hal-hal kecil, hanya kepada Allah itu jauh lebih tenang. Belajar untuk tegak di atas kaki sendiri, dengan artian gak menggantungkan apapun ke manusia. Asli sih ini, jauh lebih lapang.

Tetap berbuat baik itu mudah, tapi nyatanya nggak semudah itu saat kita berbuat baik agar dibalas serupa, tapi mendapati kenyataan justru tidak demikian.

Disaat kita merasa sudah berkorban, rasanya menyakitkan kalau tak sadar tujuan kita adalah manusia, bukan Pencipta.

Ya, begitulah.

Pada dasarnya, manusia memang sering salah dan lupa, tujuan yang baik kadang berbelok. Itulah mengapa Allah hadirkan rasa sakit, kecewa, atau hal serupa, supaya kita lebih sadar diri, kepada Siapa seharusnya kita kembali.

Buntok, 16 Januari 2022 | Pena Imaji

Carilah Ridha Allah

Sebelum memutuskan untuk menikah, aku sudah menyadari sebagian tanggungjawabku sebagai anak pertama pada adik-adikku. Itulah mengapa aku menanyakan pada calon suamiku terlebih dahulu, apa aku diizinkan bekerja setelah menikah?

Lalu, ia mengiyakan dan memberi beberapa penjelasan.

Mengingat aku adalah anak pertama, yang memang dituntut keadaan supaya mandiri. Sebab, siapa yang tau keadaan di kemudian hari? Orang tua yang kian hari menua. Sedangkan aku yang masih energik melakukan ini dan itu, merasa sangat bersalah kalau hanya berdiam diri.

Idealis boleh, namun, semuanya harus dipikirkan secara realistis. Setiap orang tentu punya kondisi yang berbeda-beda, jadi nggak usah julid sama pilihan orang lain.

Setelah menikah, kami banyak diskusi terkait dengan keputusan-keputusan dalam rumahtangga, menghadapi setiap problem dengan mencari jalan keluar bersama. Dia bukan tipikal fixed mindset, alhamdulillahnya sih gitu. Kalo enggak, mungkin kapalnya udah karam wkwkwk.

Kami sama-sama men-support satu sama lain, selama hal itu tidak keluar dari batasan syariat.

Aku memilih pekerjaan yang mudah, yang tidak mengganggu tugas utamaku di dalam rumahtangga. Tak lupa selalu meminta pada Allah untuk menunjukkan mana-mana jalan yang terbaik untukku, juga keluargaku.

Mencobaupgrade skill baru, mencari beberapa peluang, namun tidak disangka-sangka, sepertinya Allah lebih ridha aku tetap jadi guru hehehe.

Yang menjadi keyakinanku saat ini, tawakkal itu sangat penting, tapi juga harus dibarengi usaha. Ketika semua sudah dilakukan, mintalah petunjuk supaya diberi jalan terbaik, pilihan mana yang lebih Allah ridhai.

Buntok, 12 Januari 2022 | Pena Imaji

Kalo kamu ngerasa insecure karena nggak sebening mbak-mbak selebgram di luar sana, jadilah perempuan yang bisa merawat diri secukupnya. Jadi perempuan nggak harus jago make up. Percantik diri dengan jadi orang yang baik, belajar agama, memelihara aurat, menjaga inner beauty agar tetap menarikdan menyenangkan.

Cantiklah dengan cara ‘educate yourself’ kata andalan mba @dinisuciyanti wkwkwk. Biar kamu paham, anakmu nanti ga butuh ibu yang cantik dengan dandan tebal, yang hobinya cuma selfa selfi, melainkan butuh ibu yang cerdas dan berwawasan luas, yang bisa mendidik anaknya dengan baik.

Pena Imaji

Ujian Rumahtangga

“Tau nggak kenapa Allah hadapkan hal gini ke kita? Biar kita sungguh-sungguh berdoa”, katanya beberapa hari yang lalu.

“Iya. Mungkin kita hampir lalai, kita sering lupa sama Allah. Lupa untuk meminta, dan mendekatkan diri pada-Nya”, kataku.

“Jangan tinggalin aku ya, gimanapun keadaannya”, katanya lagi.

Aku memeluknya..

Begitulah kehidupan rumahtangga yang memang harus dihadapi berdua, dijalani berdua, dan di-ikhtiarkan bersama-sama. Harus siap dengan konsekuensi yang dijalani, apapun yang terjadi di depan nanti. Kalau sebelum menikah kita sering tidak terima dengan apa yang terjadi pada diri sendiri, bagaimana kita mampu menerima apa yang terjadi pada orang lain?

Teringat sebuah nasihat ustadz beberapa tahun yang lalu,

“Kalau hidup kita ini enak, semuanya baik-baik saja, semua serba sempurna, kapan kita berdoa dan memohon ke Allah? Manusia seringnya lupa saat dihadapkan dengan kenikmatan.”

Betul juga. Ujian dalam bentuk teguran terkadang lebih mudah kita pahami, daripada ujian dalam bentuk kesenangan dunia.

Manusia hanya bisa berencana, kalkulasinya terbatas, dan semua bisa berubah karena keinginan Allah. Kun fayakun, begitulah kuasa Allah.Ia yang memiliki segalanya, sedangkan manusia tidak. Itulah mengapa kita harus terus meminta pada-Nya, mengingat Ia dalam keadaan sedih maupun senang; mengembalikan segala sesuatu hanya kepada-Nya.

Semua manusia akan diuji, entah dia kaya atau miskin; punya kedudukan atau enggak; pedagang atau pekerja kantoran, semuanya tentu punya ujiannya masing-masing, sesuai dengan kadar kemampuannya.

Kadangkala yang membedakan ialah bagaimana kita menyikapinya, akankah kita bersyukur? Atau malah kufur?

Pena Imaji

Menikah apakah bahagia?

Terkadang, kita terlihat baik-baik saja dan mampu bersyukur bukan karena tidak ada ujian dalam hidup, melainkan karena hati terasa lapang atas apapun yang terjadi

Menikah itu bahagia, asalkan kita mau memperjuangkan kebahagiaan itu sendiri

Jangan semata-mata mencari bahagia dari pernikahan. Sebab, dalam pernikahan juga ada ujiannya. Kalau ingin bahagia, carilah dengan cara memperdalam agama. Ketika kita semakin mengenal Allah dan merasa cukup atas takdir-takdirNya, maka seberat apapun ujian, akan terasa mudah untuk diterima dan dijalani~

Carilah partner yang bisa menjadi support system; yang bisa diajak diskusi, kerjasama, dan terbuka untuk belajar hal-hal baru

Banjarmasin, 15 Desember 2021 | Pena Imaji

Perjalanan Menemukan

Laki-laki yang sabar.

Sekian tahun yang lalu, laki-laki yang sabar merupakan salah satu kriteria wajib bagiku. Aku tak pernah bosan; tak pernah lelah untuk meminta kepada Tuhanku. Aku tahu kekuranganku; di sisi lain aku paham kelebihanku. Sosok yang aku dambakan benar-benar sulit ku jangkau. Sebab, banyak sekali orang di pandangan masyarakat terlihat baik, bijak, atau paham agama, namun akhlak kepada keluarganya buruk.

Lantas, bagaimana aku bisa menilai?

Ya. Pikirku saat itu. Pikiran yang memiliki batas. Pikiran yang hanya bisa ditakar oleh akal manusia.

Semua lelaki tampak kasar, keras, licik, dan selalu ingin memenangkan segalanya; selalu ingin tampak bijaksana. Padahal, siapa yang tau di dalam hatinya? Kenapa sok tahu?

Sampai berada di satu titik, aku ingin menyerah; hampir-hampir tidak ingin memiliki pasangan hidup. Muak. Segala ucapan serapah rasanya cukup menggambarkan kebencianku. Dari marah yang meletup di kepala, hingga akhirnya sabar yang bersilir dalam dada.

Ya sudah. Aku lelah. Aku hanya memohon perlindungan-Nya.

Lalu entah mengapa, seseorang yang tepat itu datang justru ketika aku pasrah dan menyerahkan segala hidupku pada Allah. Aku tidak lagi bersandar pada diriku sendiri. Aku hanya melanjutkan hidup, take it easy.

Sungguh, semua itu berubah semenjak aku dipertemukan dengannya. Hatiku jauh lebih tenang. Kehadirannya adalah bukti kuasa Allah, bukan semata-mata karena manusia itu sendiri.

Tentu. Ia memang bukan manusia yang sempurna, begitu pula diriku. Namun, kami saling mengisi apa-apa yang rumpang dalam jiwa kami. Ia lebih dari cukup; laki-laki yang begitu sabar menghadapiku. Membuatku berkali-kali terharu ketika aku mengingat kembali seberapa lama aku meminta sosoknya dalam doa.

Aku mengubah perspektifku, bahwa bukan orang lain yang salah, sekali lagi, bukan. Mungkin tak sadar, selama ini aku yang jauh dari Tuhanku. Mungkin tak sadar, aku lupa. Dan begitulah cara Ia menggiring setiap manusia, untuk kembali pada-Nya.

Sungguh, Allah akan mendengar hamba-Nya, sekalipun saat berpeluh doa, ia hanya menangis tanpa berucap kata. Ia tau apa yang ada di dalam hati hamba-Nya.

Kawan, jangan pernah menyerah. Perjuangkan apa yang memang layak diperjuangkan untuk hidupmu; dunia dan akhiratmu. Untuk menggenapi separuh agamamu.

Jikalau kamu takut menikah karena banyak cerita tentang lelaki brengs*k di dunia ini, percayalah, kamu masih punya Allah. Ingat, kamu cuma punya Allah sebagai tempat bersandarmu. Mereka tidak lain adalah jalan berliku yang Allah hadirkan dalam ceritamu.

Kalau kamu sudah lelah mencari, cukup tawakkal, menyandarkan diri pada Pencipta. Mintalah pada-Nya. Bersungguh-sungguh meminta pada Ia Yang Maha Kuasa, tidak akan membuat manusia jera.

Buntok, 6 Desember 2021 | Pena Imaji

Menerima Masa Lalu Pasangan

Setiap orang memang punya masa lalu yang tak perlu dibuka. Terutama setelah menikah nanti. Membukanya hanya membuat keduanya kecewa, sedih, dan sakit hati.

Semua orang punya cerita yang mungkin jauh dari kata sempurna. Tentu saja, manusia penuh dengan lumuran dosa dan durhaka. Disaat kita kecewa dan sulit memaafkan pasangan kita; kita merasa Allah tidak adil; kita merasa sakit hati dengan apa yang sudah diperjuangkan selama ini.

Jadi, cobalah merenung sejenak. Bukankah jodoh adalah cerminan? Barangkali, kita juga punya dosa-dosa dalam urusan lain di masa lalu yang tidak kita sadari, yang menurut Allah itu setimpal. Hingga akhirnya Ia membalasnya di kemudian hari.

Disaat keduanya sama-sama bertaubat dan selalu ingin berubah menjadi lebih baik, Allah pertemukan mereka dalam satu pertemuan dengan rasa syukur tak terkira.

Bukankah tanda taubat manusia itu diterima, salah satunya ialah Allah menghendaki kebaikan untuknya? Jika pernikahan itu baik untuk keduanya dan kedua keluarganya, bukankah ada keberkahan disana?

Kita tidak bisa sepenuhnya menilai seseorang di masa lalu. Sekelas Umar bin Khattab saja juga memiliki masa lalu yang buruk, hingga akhirnya beliau masuk Islam dan mendapat jaminan masuk surga.

Semoga kita bisa mencontoh keimanan orang-orang beriman terdahulu yang sungguh bertaubat pada Allah. Semoga Ia mengakhirkan hidup kita dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiinnn..

Saat hendak menuju pernikahan nanti, tegaskan soal prinsip masa lalu yang tak perlu dibuka dan tak perlu diulangi. Tegaskan lagi, apa semuanya sudah selesai? Supaya tidak menjadi pemicu konflik di masa yang akan datang.

Kita tidak hidup di masa lalu. Masa lalu tidaklah tersisa melainkan pelajaran-pelajaran berharga. Jalani apa yang ada di hari ini, esok, hingga ajal tiba.

Semoga yang merasa trauma dengan suatu hubungan; takut mencintai dan takut ditinggalkan, perlahan pulih dan mampu mengisi tangki cinta yang kosong untuk pasangannya saat ini. Percayalah, hidup dalam kubangan trust issue sungguh melelahkan. Kita bisa-bisa menyakiti pasangan kita karena sulit untuk percaya.

Perbaiki hubungan dengan Allah. Perbaiki amal dan ibadah. Mintalah untuk dimudahkan dalam setiap urusan. Apabila suatu saat kita terkhianati, sungguh, kita masih punya Allah. Dunia hanyalah sementara, untuk akhirat yang kekal selamanya.

Buntok, 27 November 2021 | Pena Imaji

Untuk Perempuan

Jadilah perempuan yang mandiri, yang bisa menjaga dan membawa diri. Mulai dari sekarang, persiapkan diri sebelum menikah. Jangan menye-menye hanya karena masalah cinta. Sayangi diri kita sebelum memberi kasih sayang untuk orang lain.

Jangan manja karena banyaknya masalah hidup. Sedih manusiawi, gagal coba lagi. Merasa tak berdaya ialah tanda betapa kita butuh kekuatan dari-Nya. Berjuanglah lebih keras, mencapai mimpi, menggapai apa-apa yang diinginkan. Tak lupa meminta ridha dari Allah.

Mungkin suatu saat nanti kita butuh laki-laki, tapi bukan berarti kita harus bergantung sepenuhnya. Kita harus bisa melakukan banyak hal sendiri.

Sebab, kita tidak akan tau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di kemudian hari. Takdir Allah itu di luar kehendak kita. Hanya Allah yang tahu apa yang ada di hati para hamba-Nya. Siapapun bisa saja berubah, tapi Allah tidak. Maka dari itu, lakukanlah banyak hal baik untuk menggapai ridha Allah, perbaiki hubungan ibadah kita dengan Ia.

Jadilah perempuan yang kuat dan tangguh, setidaknya untuk melindungi diri kita sendiri.

Pena Imaji

Kehidupan: #Ujian

Dalam obrolan, kami membahas macam-macam. Rasanya nggak habis-habis kalau ngobrol. Mulai dari keluarga, karir, masa depan, rumahtangga, agama, dll.

Kalau sebelumnya hanya sekilas tau, atau sekadar membaca buku tentang rumahtangga. Ternyata setelah menikah, berada di dalam sirkel-sirkel rumahtangga in real life, permasalahan rumit itu sungguh nyata.

Selingkuh. Main belakang. Hutang bank. KDRT. Perebutan harta, kekuasaan. Korupsi. Durhaka. Dan masih banyak lagi.

Manusia selalu dihadapkan dengan ujian. Namun ujian yang paling berat seringkali yang diuji dengan anggota keluarganya (pasangan, anak, mertua, orang tua, saudara). Banyak-banyaklah berdoa, semoga ujian kita di luar itu, karena keluarga yang mestinya men-supportdi setiap masalah, eh malah jadi ujian.

Saat itu obrolan kami seputar masalah rumahtangga dan pekerjaan, yang berujung pada pembahasan agama.

“Sebenernya ya mas, kalau kita melakukan apapun diniatkan sebagai ibadah, rasanya lebih lapang meski banyak ujiannya.”

“Iya bener. Gitu ternyata pentingnya belajar tauhid. Dampak positifnya bisa ke kehidupan sehari-hari. Cuma belajarnya butuh bertahun-tahun, biar bisa nancep.”

“Jangankan kita, Rasulullah sebelum hijrah ke madinah, dakwahnya 13 tahun buat mantepin pondasi tauhid umatnya. Lah kita? Harus terus belajar sampe mati”

Belajar tauhid benar-benar penting. Kita bisa tersesat di dunia kalau nggak belajar agama. Hidup terasa begitu pelik kalau kita tidak kembali berserah diri pada Yang Kuasa.

Jangankan yang tidak ingin belajar agama. Banyak orang rajin ibadah, tapi masih melakukan maksiat-maksiat besar. Banyak orang berilmu, tapi tidak mengamalkan ilmunya yang tercermin dari sikap dan perilakunya. Bukan menghakimi, melainkan melihat realita yang ada, bahwa setiap masalah ujung-ujungnya selalu kembali pada konsep tauhid, yang nantinya menjadi pelajaran bagi diri kita sendiri.

Semoga kita senantiasa berkeinginan untuk berbenah, tunduk dan punya rasa takut pada Allah. Perbaiki hubungan dengan Allah adalah kunci. Selama kita menjaga ketaatan kita pada Allah, niscaya keluarga juga akan mengikuti.

Sebagian ulama berkata,

“Sungguh, ketika bermaksiat kepada Allah, aku mengetahui dampak buruknya ada pada perilaku istriku, keluargaku dan hewan tungganganku.”

Berat ya tanggungjawab suami. Dia melakukan dosa aja bisa berdampak pada keluarganya. Ketika istri dan anak-anaknya melakukan dosa, suami juga dimintai pertanggungjawaban di akhirar. Sedangkan ketika suami melakukan dosa, istri tidak dimintai pertanggungjawaban.

Dari sini jadi kelihatan, pentingnya kita memilih suami yang seperti apa. Selalu ada pertanyaan, “Gimana kita bisa tau dia baik atau enggak? Sesuai atau enggak? Kalau nanti ngasih pertanyaan-pertanyaan sebelum nikah, gimana kalau dia jawabnya bohong? Gimana kalau yang ditampakkan selama ternyata tidak sesuai dengan aslinya?”.

Kalau diluar kuasa kita, jawabannya adalah minta petunjuk sama Allah. Allah lebih tau tentang apa-apa yang tidak kita tau. Allah akan tunjukkan. Allah akan beri jawaban.

Semoga nantinya kita tidak salah dalam menentukan pilihan, yang akan berdampak pada seluruh urusan hidup kita.

Belajar ilmu agama adalah wajib bagi kita umat Islam, yang merupakan pedoman seumur hidup manusia. Karakter dan kebiasaan setiap orang memang tidak sama. Selama kita mampu memahami dan mengamalkan peran dalam kacamata agama, kita akan berusaha mengontrol kekurangan masing-masing.

Semoga sampai nanti, kita bisa melewati banyaknya ujian. Hingga akhirnya kita sampai pada tujuan utama yang kekal dalam kehidupan ini.

Buntok, 23 November 2021 | Pena Imaji

Hikmah Berbagi

Aku mengingat sebuah nasihat dari ustadzku, bahwa salah satu keberkahan harta ialah semua orang bisa merasakannya. Semua orang punya harta, tapi tidak semua orang mampu lapang untuk berbagi apa yang mereka punya.

Sebagaimana kebaikan akan melahirkan sebuah kebaikan yang lain, begitu pula dengan pemberian. Akan menularkan yang lain untuk saling berbagi.

Seseorang yang suka memberi, belum tentu punya banyak harta. Bisa jadi mereka hanya punya secukupnya, namun lapang saat berbagi pada yang lain.

Kebiasaan memberi, sejak kecil sudah sering ditanamkan oleh kedua orang tuaku. Bahkan ketika aku membawa bekal dulu, mama memberi lebih supaya aku berbagi pada yang lain. Padahal mah kalo dipikir-pikir, teman-temanku SD dulu banyak yang jauh lebih kaya, kayaknya ya gak perlu dikasih lagi. Eh tapi mereka seneng aja kalau dikasih. Hmm tapi memang bukan itu poinnya.

Bukan tentang seberapa banyak pemberian itu, melainkan rasa tulus dan ikhlas untuk berbagi. Mereka yang diberi merasa diperhatikan, merasa dirangkul.

Seperti sabda Rasulullah, bahwa hadiah/pemberian akan memunculkan rasa sayang dan cinta.

Kami memang bukan orang kaya raya yang bergelimang harta, namun, ayah selalu mengajarkan bahwa memberi orang lain tidak akan mengurangi harta kita sedikitpun.

Toh, harta di dunia ini sebenarnya bukan milik kita, ada hak orang lain disana.

Sampai kuliahpun, mama selalu menasihatiku, “kalau kamu minta bantuan temanmu, atau dia sudah berbuat baik padamu, balaslah. Nggak harus sesuatu yg mahal, hal kecil aja sebagai tanda terimakasih”.

“Kalau ada temanmu yang berjualan, belilah sebagai bentuk apresiasi”, lanjut ayahku.

“Atau kalo kamu masak apa gitu, temen atau tetangga juga dikasih”, tambah mamaku.

Dulu saat kuliah, aku seringkali meminta beberapa temanku untuk mengajariku, belajar bareng, lalu kubawakan nasi bungkus, jajanan atau sekadar minuman. Hal sederhana, namun bisa menguatkan pertemanan itu sendiri.

Pemberian tidak harus berupa sesuatu, bisa juga waktu dan kesediaan kita untuk orang lain. Kita bisa meluangkan waktu dan pikiran kita untuk membantu, menemani, atau mendengarkan mereka.

Aku jadi teringat temanku saat di pesantren dulu. Sebelum ia makan makanannya, teman-teman di sekitarnya ditawari terlebih dahulu, meski hanya sepotong roti.

Setelah itu, banyak juga teman-teman lain yang mencontoh akhlak temanku ini. Betapa banyak pahalanya, bahwa kebaikan selalu akan memunculkan kebaikan lainnya.

Ustadzku yang setiap hari memberi makan santrinya, banyak sekali orang yang ikut memberi uang, sembako, perabotan rumah, juga makanan-makanan mentah maupun matang.

Pernah ketika kondisi finansial ayah memburuk, banyak sekali yang membantu, masyaAllah. Kalau aku inget hal itu, rasanya kayak heran aja kenapa tibatiba banyak saudara maupun teman yang bantu ayah, padahal kadang juga bukan bantuan kecil.

Saat setelah menikah, mama bercerita banyak pada suamiku tentang ayahku yang sering membantu orang lain. Jadi ini alasan kenapa saat ayah berada di bawah, banyak orang yang peduli.

Waktu aku menikah pun, banyak sekali yang mengirimku kado. Padahal aku batalkan semua undangan saat itu karena pengumuman ppkm. Betul sekali kata mama, “Allah yang akan mencukupkan”.

Begitulah. Banyak sekali cerita. Aku jadi tau, bahwa dampak berbuat baik ternyata bisa sebesar itu. Itu aja baru Allah balas di dunia, apalagi kalau kita benar-benar ikhlas, kan? Allah balas pahala di akhirat nanti.

Jangan pelit! Berbagi tidak mengurangi sedikitpun apa yang kita punya. Kalau sedikit saja kita enggan, bagaimana kita bisa lapang memberi dalam jumlah yang banyak?

Buntok, 10 November 2021 | Pena Imaji

Menikah adalah titik sadar dari mencari diri sendiri. Menjadi sebuah permulaan, apa sebenarnya tujuan kita di dunia ini?

Akan ada banyak persamaan sekaligus perbedaan untuk saling melengkapi, menuju satu tujuan mengendarai satu bahtera, melewati jalan yang searah.

Maka dari itu, pahamilah diri kita sendiri; menguatkan apa yang kita pegang sebagai prinsip, bukan mengikuti standar orang lain.

Selamat mencari dan menemukan siapa sebenarnya diri kita sendiri!

Buntok, 1 November 2021 | Pena Imaji

Ujian Kebaikan dan Keburukan

Disaat kita merasa senang, bahagia, atau hal indah lainnya, kita merasa Allah sayang pada kita karena telah banyak memberi nikmat. Padahal belum tentu, bisa jadi kebahagiaan tersebut adalah sebuah ujian bagi kita.

“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku.”” (QS. Al Fajr: 15)

Sedangkan kita merasa diuji saat merasa sedih, terpuruk, sempit atau hal-hal buruk lainnya yang membuat hati gundah gulana. Kita merasa Allah tidak sayang pada kita. Padahal, kita tidak tau bisa jadi Allah beri kebaikan dibalik musibah tersebut.

“Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku telah menghinakanku.”” (Q.S Al Fajr: 16)

“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan). Dan kepada Kami kalian dikembalikan” (Q.S Al-Anbiya: 35)

Allah berikan kenikmatan dan kesedihan untuk kita silih berganti. Namun, apakah keduanya membuat kita semakin dekat dengan Allah? Atau malah semakin menjauhkan kita dari-Nya? Segala keadaan yang Allah hadirkan dalam hidup kita ialah ujian.

Semoga, hati kita tidak lalai dari mengingat-Nya, dan pula tidak meremehkan perintah juga larangan-Nya. Hanya hati kita sendiri yang jujur merasakan, apakah kita dekat atau semakin jauh dari Allah?

Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbiy ‘ala diinik. Yaa musharrifal quluub sharrif qalbiy 'ala thaa'atik

Buntok, 30 Oktober 2021 | Pena Imaji

Mendobrak Zona Nyaman

Entah mengapa, mendobrak dan memperluas zona nyaman selalu menantang bagiku. Risiko-risiko dalam hidup yang ternyata membuatku semakin banyak belajar. Seru, meski membutuhkan ekstra adaptasi; ekstra energi dan pikiran; juga menejemen waktu yang tepat

Bagiku, sebuah kemajuan awal ialah ketika manusia bisa mengontrol dirinya sendiri; tau kemana arah dan tujuan sendiri; tidak membandingkan capaian diri dengan orang lain; tau kapan harus bergerak, kapan harus istirahat

Semoga setiap usaha selalu diiringi doa dan tawakkal kita pada Allah. Seringkali kita lupa, terlalu mengandalkan kemampuan sendiri. Bukankah semua kekuatan datangnya dari Allah?

Support dari teman-teman dan orang-orang terdekat juga sangat berharga. Tentu saja! Kan, nggak enak kalau kita berjuang sendiri

Ya, semua orang tengah berjuang, meski dengan jalan dan kondisi yang beragam. Maka dari itu, berilah ucapan semangat untuk saudara-saudara kita

Selamat berjuang meraih apa yang kita inginkan! Selamat bertumbuh dan berproses!

Buntok, 27 Oktober 2021 | Pena Imaji

REZEKI

Ada orang yang gajinya diberi lebih banyak, namun ia harus memenuhi kebutuhan orang tua, anak istri, juga saudaranya. Ada orang yang gajinya lebih sedikit, namun ia cukup karena hanya memenuhi kebutuhan keluarganya.

Ada yang gajinya sedikit, namun ia cukup karena tidak memiliki tanggungan dan hanya menghidupi dirinya sendiri. Ada yang gajinya kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun orang tuanya membantu untuk mencukupi.

Seringkali kita perhitungan, membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Padahal Allah-lah yang sudah mengatur rezeki masing-masing manusia.

Semua harta milik Allah, bukan milik kita sendiri. Seringkali kita merasa harta kita adalah kepunyaan, padahal semuanya itu dari Allah.

Dada kita terasa sempit untuk memberi, karena terus merasa kurang. Padahal apa yang kita beri itu, adalah sebenar-benar harta tabungan kita.

Dan yang membuat kita lapang kepada apa yang diberikan Allah adalah rasa cukup.

Sebanyak apapun harta kalau kita gak mau bersyukur, maka kita akan terus merasa kurang. Pun sesulit apapun kondisi, kalau kita percaya Allah yang akan mencukupi, maka kita tidak akan merasa kekurangan.

Buntok, 12 Mei 2022 | Pena Imaji

Adaptasi yang Luar Biasa

Hidup kadang emang kayak roller coaster ya. Bisa cepet banget berubah; cepet beralih. Ramadhan kemaren masih single, masih sempat itikaf di masjid biasanya. Aku fix mutusin untuk resign dari tempat kerja yang aku sendiri mikirnya lama ampe berbulan-bulan wkwk. Mau lanjut S2, emang merencanakan lanjut studi, meski beberapa kali gagal, kencengin doa minta yang terbaik sama Allah. Namun saat itu, Ia lebih memantapkan hatiku buat nikah.

Dari yang biasa kerja dan berkegiatan di luar rumah; yang nggak pernah ngurus urusan rumah, jadi belajar ngurus kerjaan rumah, belajar masak, ngurus suami, tinggal di kota kecil, jauh dari keluarga. Baru aja nikah, ternyata langsung hamil wkwk. Sempet denial karena nggak siap dewasa dengan segala keriweuh-annya.

Asliii saat itu kaya merasa belum sanggup dan pantas. Awal nikah masih banyak adaptasi banyak hal, belum siap adaptasi yang makin kompleks lagi. Makanya pas hamil lebih memilih nggak cerita, cuma ke teman terdekat aja. Antara menghindari orang lain hasad, belum siap, syok dan entahlah..

Ada pergolakan batin yang sering berbicara. Berusaha buat tanamkan mindset ke diri bahwa anak itu rezeki, anak itu amanah. Nanti punya anak bukan berarti punya batas untuk bertumbuh. Anak itu investasi akhirat yang mana jadi PR besar buat aku untuk mendidiknya.

Sampe akhirnya belajar untuk menerima, bersyukur, dan mempersiapkan banyak hal buat kehadiran si kecil. Sebab, ada di luar sana yang menunggu kehadiran buah hati dengan cara ini itu, jungkir balik mencari cara selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, menghabiskan banyak biaya, tenaga, juga menjaga mental saat dapat nyinyiran kenapa kok ga punya anak, dsb, hadeh. Termasuk kakak iparku sendiri, yang tujuh tahun baru dikaruniai anak.

Melahirkan lebih awal dengan kondisi bayi BBLR membuat aku ngerasa patah banget, sedihnya luar biasa. Sudah ikhtiar ini itu ternyata Allah kasih bom yang bikin aku sadar agar ikhlas dan lebih mensyukuri nikmat-Nya. Sempat khawatir dengan kondisinya, namun alhamdulillah Allah masih beri kesempatan si kecil untuk menghirup kehidupan dan sehat sampai hari ini. Alhamdulillah..

Wkwkw yg bikin suasana jadi nggak haru tuh pas aku bikin story kelahiran anakku. Pada banyak yang kaget, nggak nyangka orang kaya aku ni, gimana kalo punya anak. Wkwkwkwk emanggg.. mau ngakak ya gimana, kadang aku sendiripun juga nggak nyangka sudah punya anak.

Eh tapi beneran deh, kasih sayang ibu itu naluriah kok. Mau secapek apapun, stressnya kaya gimanapun, tetep sayang sama anak. Kalau ada supportdari sekitar alhamdulillah, supaya ibu tetap bisa waras saat ngurus anak.

Salah satu skill yang harus kita punya untuk mengarungi kehidupan ini adalah mudah beradaptasi. Sebab, hidup ini memang dinamis. Bersiaplah dengan kemungkinan-kemungkinan yang Allah kehendaki, hingga akhirnya kita banyak belajar dari sana.

Banjarmasin, 22 April 2022 | Pena Imaji

Setelah Menikah

Memang benar, setelah menikah hidup kita akan banyak berubah, termasuk lingkar pertemanan. Teman jadi lebih sedikit, sulit punya teman akrab seperti saat single. Karena lingkungan banyak yang berubah, sulit sekali rasanya mencari yang satu frekuensi. Aku merasa tidak bisa melebur seperti dulu. Seperti sekadarnya aja gitu masuk dalam lingkar pertemanan.

Itulah kenapa, pasangan jadi berpengaruh banget sama keseharian kita. Jadi inget nasihat-nasihat selama masuk sirkel career class, salah satunya saat memilih jodoh, pastikan akal dan logika lebih dominan, karena kita harus mempertimbangkan banyak hal; dari hal-hal sensitif, sampai value-value hidup kita lainnya.

Saat berproses dengan calon suami, akupun berusaha menerapkan apa-apa yang akhirnya aku temui titik terangnya. Saat itu, logika lebih dominan. Perasaan hanya sebatas, rasanya lebih tenang setelah istikharah. Pas ketemu atau denger suara dia aja, entah kenapa rasanya menenangkan. Cielah..

Jadi, ketika menjalani rumahtangga, berasa punya suami yang bisa mengayomi, jadi partner sekaligus jadi sahabat paling dekat, setelah terpisah jauh dari sahabat-sahabat dulu. Ya.. ternyata sama suami emang satu frekuensi. Mulai dari deep talking tentang agama atau hal dunia, sampe receh-recehnya segala wkwk

Sekarang.. saat melihat sirkel yang dengan mudahnya memakai uang kantor untuk keperluan pribadi; melihat orang-orang yang menormalisasi mengambil pinjaman ratusan juta di bank demi gaya hidup’; menjual diri karena merasa kurang memenuhi kebutuhan hidup; dan masih banyak lagi.

Membuatku kaget sekaligus banyak bersyukur. Allah nggak kasih aku hati yang tamak terhadap dunia. Aku bersyukur akan hal itu. Hidup tanpa hutang itu menenangkan. Buat aku yang pelupa, lebih memilih nggak suka pinjam-pinjam, apalagi pinjam ke bank cuma demi gaya hidup, ya sama sekali nggak terpikirkan.

Semoga Allah selalu beri kita hati yang cukup atas apa-apa yang kita miliki. Toh, meski seberapa banyak yang Allah titipkan, kalau kita tidak merasa cukup, kita akan terus merasa kurang. Jangan sampai karena merasa kurang, kita cari jalan pintas mengambil dari hal-hal yang haram.

Banjarmasin, 16 April 2022 | Pena Imaji

Rezeki

Salah satu rezeki setelah menikah ialah punya mertua dan kakak ipar yang baik dan pengertian. Semoga setiap kebaikan yang dilakukan, dinilai Allah sebagai amal, dan kembali pada diri kita masing-masing.

Jangan pernah lelah berbuat tulus kepada orang lain. Percayalah, bahwa Allah yang akan membalasnya dari arah yang tidak kita sangka-sangka.

Apabila salah satu dari kita merasa tidak beruntung nasibnya, bisa jadi itu adalah sisi lain nikmat dari Allah. Ya, agar kita tetap bersabar dan berbuat baik. Bukankah menghadapi ujian itu juga nikmat? Nikmat meraih banyak pahala, kalau kita mau lapang dan bersyukur.

Alhamdulillahi bini'matihi tatimmush shalihaat..

Banjarmasin, 11 April 2022 | Pena Imaji

loading