#nasihat

LIVE

Untuk Perempuan

Jadilah perempuan yang mandiri, yang bisa menjaga dan membawa diri. Mulai dari sekarang, persiapkan diri sebelum menikah. Jangan menye-menye hanya karena masalah cinta. Sayangi diri kita sebelum memberi kasih sayang untuk orang lain.

Jangan manja karena banyaknya masalah hidup. Sedih manusiawi, gagal coba lagi. Merasa tak berdaya ialah tanda betapa kita butuh kekuatan dari-Nya. Berjuanglah lebih keras, mencapai mimpi, menggapai apa-apa yang diinginkan. Tak lupa meminta ridha dari Allah.

Mungkin suatu saat nanti kita butuh laki-laki, tapi bukan berarti kita harus bergantung sepenuhnya. Kita harus bisa melakukan banyak hal sendiri.

Sebab, kita tidak akan tau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di kemudian hari. Takdir Allah itu di luar kehendak kita. Hanya Allah yang tahu apa yang ada di hati para hamba-Nya. Siapapun bisa saja berubah, tapi Allah tidak. Maka dari itu, lakukanlah banyak hal baik untuk menggapai ridha Allah, perbaiki hubungan ibadah kita dengan Ia.

Jadilah perempuan yang kuat dan tangguh, setidaknya untuk melindungi diri kita sendiri.

Pena Imaji

Kehidupan: #Ujian

Dalam obrolan, kami membahas macam-macam. Rasanya nggak habis-habis kalau ngobrol. Mulai dari keluarga, karir, masa depan, rumahtangga, agama, dll.

Kalau sebelumnya hanya sekilas tau, atau sekadar membaca buku tentang rumahtangga. Ternyata setelah menikah, berada di dalam sirkel-sirkel rumahtangga in real life, permasalahan rumit itu sungguh nyata.

Selingkuh. Main belakang. Hutang bank. KDRT. Perebutan harta, kekuasaan. Korupsi. Durhaka. Dan masih banyak lagi.

Manusia selalu dihadapkan dengan ujian. Namun ujian yang paling berat seringkali yang diuji dengan anggota keluarganya (pasangan, anak, mertua, orang tua, saudara). Banyak-banyaklah berdoa, semoga ujian kita di luar itu, karena keluarga yang mestinya men-supportdi setiap masalah, eh malah jadi ujian.

Saat itu obrolan kami seputar masalah rumahtangga dan pekerjaan, yang berujung pada pembahasan agama.

“Sebenernya ya mas, kalau kita melakukan apapun diniatkan sebagai ibadah, rasanya lebih lapang meski banyak ujiannya.”

“Iya bener. Gitu ternyata pentingnya belajar tauhid. Dampak positifnya bisa ke kehidupan sehari-hari. Cuma belajarnya butuh bertahun-tahun, biar bisa nancep.”

“Jangankan kita, Rasulullah sebelum hijrah ke madinah, dakwahnya 13 tahun buat mantepin pondasi tauhid umatnya. Lah kita? Harus terus belajar sampe mati”

Belajar tauhid benar-benar penting. Kita bisa tersesat di dunia kalau nggak belajar agama. Hidup terasa begitu pelik kalau kita tidak kembali berserah diri pada Yang Kuasa.

Jangankan yang tidak ingin belajar agama. Banyak orang rajin ibadah, tapi masih melakukan maksiat-maksiat besar. Banyak orang berilmu, tapi tidak mengamalkan ilmunya yang tercermin dari sikap dan perilakunya. Bukan menghakimi, melainkan melihat realita yang ada, bahwa setiap masalah ujung-ujungnya selalu kembali pada konsep tauhid, yang nantinya menjadi pelajaran bagi diri kita sendiri.

Semoga kita senantiasa berkeinginan untuk berbenah, tunduk dan punya rasa takut pada Allah. Perbaiki hubungan dengan Allah adalah kunci. Selama kita menjaga ketaatan kita pada Allah, niscaya keluarga juga akan mengikuti.

Sebagian ulama berkata,

“Sungguh, ketika bermaksiat kepada Allah, aku mengetahui dampak buruknya ada pada perilaku istriku, keluargaku dan hewan tungganganku.”

Berat ya tanggungjawab suami. Dia melakukan dosa aja bisa berdampak pada keluarganya. Ketika istri dan anak-anaknya melakukan dosa, suami juga dimintai pertanggungjawaban di akhirar. Sedangkan ketika suami melakukan dosa, istri tidak dimintai pertanggungjawaban.

Dari sini jadi kelihatan, pentingnya kita memilih suami yang seperti apa. Selalu ada pertanyaan, “Gimana kita bisa tau dia baik atau enggak? Sesuai atau enggak? Kalau nanti ngasih pertanyaan-pertanyaan sebelum nikah, gimana kalau dia jawabnya bohong? Gimana kalau yang ditampakkan selama ternyata tidak sesuai dengan aslinya?”.

Kalau diluar kuasa kita, jawabannya adalah minta petunjuk sama Allah. Allah lebih tau tentang apa-apa yang tidak kita tau. Allah akan tunjukkan. Allah akan beri jawaban.

Semoga nantinya kita tidak salah dalam menentukan pilihan, yang akan berdampak pada seluruh urusan hidup kita.

Belajar ilmu agama adalah wajib bagi kita umat Islam, yang merupakan pedoman seumur hidup manusia. Karakter dan kebiasaan setiap orang memang tidak sama. Selama kita mampu memahami dan mengamalkan peran dalam kacamata agama, kita akan berusaha mengontrol kekurangan masing-masing.

Semoga sampai nanti, kita bisa melewati banyaknya ujian. Hingga akhirnya kita sampai pada tujuan utama yang kekal dalam kehidupan ini.

Buntok, 23 November 2021 | Pena Imaji

Hikmah Berbagi

Aku mengingat sebuah nasihat dari ustadzku, bahwa salah satu keberkahan harta ialah semua orang bisa merasakannya. Semua orang punya harta, tapi tidak semua orang mampu lapang untuk berbagi apa yang mereka punya.

Sebagaimana kebaikan akan melahirkan sebuah kebaikan yang lain, begitu pula dengan pemberian. Akan menularkan yang lain untuk saling berbagi.

Seseorang yang suka memberi, belum tentu punya banyak harta. Bisa jadi mereka hanya punya secukupnya, namun lapang saat berbagi pada yang lain.

Kebiasaan memberi, sejak kecil sudah sering ditanamkan oleh kedua orang tuaku. Bahkan ketika aku membawa bekal dulu, mama memberi lebih supaya aku berbagi pada yang lain. Padahal mah kalo dipikir-pikir, teman-temanku SD dulu banyak yang jauh lebih kaya, kayaknya ya gak perlu dikasih lagi. Eh tapi mereka seneng aja kalau dikasih. Hmm tapi memang bukan itu poinnya.

Bukan tentang seberapa banyak pemberian itu, melainkan rasa tulus dan ikhlas untuk berbagi. Mereka yang diberi merasa diperhatikan, merasa dirangkul.

Seperti sabda Rasulullah, bahwa hadiah/pemberian akan memunculkan rasa sayang dan cinta.

Kami memang bukan orang kaya raya yang bergelimang harta, namun, ayah selalu mengajarkan bahwa memberi orang lain tidak akan mengurangi harta kita sedikitpun.

Toh, harta di dunia ini sebenarnya bukan milik kita, ada hak orang lain disana.

Sampai kuliahpun, mama selalu menasihatiku, “kalau kamu minta bantuan temanmu, atau dia sudah berbuat baik padamu, balaslah. Nggak harus sesuatu yg mahal, hal kecil aja sebagai tanda terimakasih”.

“Kalau ada temanmu yang berjualan, belilah sebagai bentuk apresiasi”, lanjut ayahku.

“Atau kalo kamu masak apa gitu, temen atau tetangga juga dikasih”, tambah mamaku.

Dulu saat kuliah, aku seringkali meminta beberapa temanku untuk mengajariku, belajar bareng, lalu kubawakan nasi bungkus, jajanan atau sekadar minuman. Hal sederhana, namun bisa menguatkan pertemanan itu sendiri.

Pemberian tidak harus berupa sesuatu, bisa juga waktu dan kesediaan kita untuk orang lain. Kita bisa meluangkan waktu dan pikiran kita untuk membantu, menemani, atau mendengarkan mereka.

Aku jadi teringat temanku saat di pesantren dulu. Sebelum ia makan makanannya, teman-teman di sekitarnya ditawari terlebih dahulu, meski hanya sepotong roti.

Setelah itu, banyak juga teman-teman lain yang mencontoh akhlak temanku ini. Betapa banyak pahalanya, bahwa kebaikan selalu akan memunculkan kebaikan lainnya.

Ustadzku yang setiap hari memberi makan santrinya, banyak sekali orang yang ikut memberi uang, sembako, perabotan rumah, juga makanan-makanan mentah maupun matang.

Pernah ketika kondisi finansial ayah memburuk, banyak sekali yang membantu, masyaAllah. Kalau aku inget hal itu, rasanya kayak heran aja kenapa tibatiba banyak saudara maupun teman yang bantu ayah, padahal kadang juga bukan bantuan kecil.

Saat setelah menikah, mama bercerita banyak pada suamiku tentang ayahku yang sering membantu orang lain. Jadi ini alasan kenapa saat ayah berada di bawah, banyak orang yang peduli.

Waktu aku menikah pun, banyak sekali yang mengirimku kado. Padahal aku batalkan semua undangan saat itu karena pengumuman ppkm. Betul sekali kata mama, “Allah yang akan mencukupkan”.

Begitulah. Banyak sekali cerita. Aku jadi tau, bahwa dampak berbuat baik ternyata bisa sebesar itu. Itu aja baru Allah balas di dunia, apalagi kalau kita benar-benar ikhlas, kan? Allah balas pahala di akhirat nanti.

Jangan pelit! Berbagi tidak mengurangi sedikitpun apa yang kita punya. Kalau sedikit saja kita enggan, bagaimana kita bisa lapang memberi dalam jumlah yang banyak?

Buntok, 10 November 2021 | Pena Imaji

Menikah adalah titik sadar dari mencari diri sendiri. Menjadi sebuah permulaan, apa sebenarnya tujuan kita di dunia ini?

Akan ada banyak persamaan sekaligus perbedaan untuk saling melengkapi, menuju satu tujuan mengendarai satu bahtera, melewati jalan yang searah.

Maka dari itu, pahamilah diri kita sendiri; menguatkan apa yang kita pegang sebagai prinsip, bukan mengikuti standar orang lain.

Selamat mencari dan menemukan siapa sebenarnya diri kita sendiri!

Buntok, 1 November 2021 | Pena Imaji

Ujian Kebaikan dan Keburukan

Disaat kita merasa senang, bahagia, atau hal indah lainnya, kita merasa Allah sayang pada kita karena telah banyak memberi nikmat. Padahal belum tentu, bisa jadi kebahagiaan tersebut adalah sebuah ujian bagi kita.

“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku.”” (QS. Al Fajr: 15)

Sedangkan kita merasa diuji saat merasa sedih, terpuruk, sempit atau hal-hal buruk lainnya yang membuat hati gundah gulana. Kita merasa Allah tidak sayang pada kita. Padahal, kita tidak tau bisa jadi Allah beri kebaikan dibalik musibah tersebut.

“Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku telah menghinakanku.”” (Q.S Al Fajr: 16)

“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan). Dan kepada Kami kalian dikembalikan” (Q.S Al-Anbiya: 35)

Allah berikan kenikmatan dan kesedihan untuk kita silih berganti. Namun, apakah keduanya membuat kita semakin dekat dengan Allah? Atau malah semakin menjauhkan kita dari-Nya? Segala keadaan yang Allah hadirkan dalam hidup kita ialah ujian.

Semoga, hati kita tidak lalai dari mengingat-Nya, dan pula tidak meremehkan perintah juga larangan-Nya. Hanya hati kita sendiri yang jujur merasakan, apakah kita dekat atau semakin jauh dari Allah?

Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbiy ‘ala diinik. Yaa musharrifal quluub sharrif qalbiy 'ala thaa'atik

Buntok, 30 Oktober 2021 | Pena Imaji

Mendobrak Zona Nyaman

Entah mengapa, mendobrak dan memperluas zona nyaman selalu menantang bagiku. Risiko-risiko dalam hidup yang ternyata membuatku semakin banyak belajar. Seru, meski membutuhkan ekstra adaptasi; ekstra energi dan pikiran; juga menejemen waktu yang tepat

Bagiku, sebuah kemajuan awal ialah ketika manusia bisa mengontrol dirinya sendiri; tau kemana arah dan tujuan sendiri; tidak membandingkan capaian diri dengan orang lain; tau kapan harus bergerak, kapan harus istirahat

Semoga setiap usaha selalu diiringi doa dan tawakkal kita pada Allah. Seringkali kita lupa, terlalu mengandalkan kemampuan sendiri. Bukankah semua kekuatan datangnya dari Allah?

Support dari teman-teman dan orang-orang terdekat juga sangat berharga. Tentu saja! Kan, nggak enak kalau kita berjuang sendiri

Ya, semua orang tengah berjuang, meski dengan jalan dan kondisi yang beragam. Maka dari itu, berilah ucapan semangat untuk saudara-saudara kita

Selamat berjuang meraih apa yang kita inginkan! Selamat bertumbuh dan berproses!

Buntok, 27 Oktober 2021 | Pena Imaji

Disaat manusia diberi banyak kenikmatan dunia, seperti pasangan yang baik dan pengertian; anak-anak yang pintar dan lucu; harta yang cukup; kesehatan yang stabil; tidak kelaparan; tempat tinggal yang aman dan nyaman. Namun, mereka seringkali terlambat bangun untuk sholat shubuh.

Bagaimana? Bukankah kenikmatan itu juga ujian?

“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan kepada hanya kepada Kami kalian dikembalikan” (QS. al-Anbiya’: 35)

Pena Imaji

REZEKI

Ada orang yang gajinya diberi lebih banyak, namun ia harus memenuhi kebutuhan orang tua, anak istri, juga saudaranya. Ada orang yang gajinya lebih sedikit, namun ia cukup karena hanya memenuhi kebutuhan keluarganya.

Ada yang gajinya sedikit, namun ia cukup karena tidak memiliki tanggungan dan hanya menghidupi dirinya sendiri. Ada yang gajinya kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun orang tuanya membantu untuk mencukupi.

Seringkali kita perhitungan, membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Padahal Allah-lah yang sudah mengatur rezeki masing-masing manusia.

Semua harta milik Allah, bukan milik kita sendiri. Seringkali kita merasa harta kita adalah kepunyaan, padahal semuanya itu dari Allah.

Dada kita terasa sempit untuk memberi, karena terus merasa kurang. Padahal apa yang kita beri itu, adalah sebenar-benar harta tabungan kita.

Dan yang membuat kita lapang kepada apa yang diberikan Allah adalah rasa cukup.

Sebanyak apapun harta kalau kita gak mau bersyukur, maka kita akan terus merasa kurang. Pun sesulit apapun kondisi, kalau kita percaya Allah yang akan mencukupi, maka kita tidak akan merasa kekurangan.

Buntok, 12 Mei 2022 | Pena Imaji

Setelah Menikah

Memang benar, setelah menikah hidup kita akan banyak berubah, termasuk lingkar pertemanan. Teman jadi lebih sedikit, sulit punya teman akrab seperti saat single. Karena lingkungan banyak yang berubah, sulit sekali rasanya mencari yang satu frekuensi. Aku merasa tidak bisa melebur seperti dulu. Seperti sekadarnya aja gitu masuk dalam lingkar pertemanan.

Itulah kenapa, pasangan jadi berpengaruh banget sama keseharian kita. Jadi inget nasihat-nasihat selama masuk sirkel career class, salah satunya saat memilih jodoh, pastikan akal dan logika lebih dominan, karena kita harus mempertimbangkan banyak hal; dari hal-hal sensitif, sampai value-value hidup kita lainnya.

Saat berproses dengan calon suami, akupun berusaha menerapkan apa-apa yang akhirnya aku temui titik terangnya. Saat itu, logika lebih dominan. Perasaan hanya sebatas, rasanya lebih tenang setelah istikharah. Pas ketemu atau denger suara dia aja, entah kenapa rasanya menenangkan. Cielah..

Jadi, ketika menjalani rumahtangga, berasa punya suami yang bisa mengayomi, jadi partner sekaligus jadi sahabat paling dekat, setelah terpisah jauh dari sahabat-sahabat dulu. Ya.. ternyata sama suami emang satu frekuensi. Mulai dari deep talking tentang agama atau hal dunia, sampe receh-recehnya segala wkwk

Sekarang.. saat melihat sirkel yang dengan mudahnya memakai uang kantor untuk keperluan pribadi; melihat orang-orang yang menormalisasi mengambil pinjaman ratusan juta di bank demi gaya hidup’; menjual diri karena merasa kurang memenuhi kebutuhan hidup; dan masih banyak lagi.

Membuatku kaget sekaligus banyak bersyukur. Allah nggak kasih aku hati yang tamak terhadap dunia. Aku bersyukur akan hal itu. Hidup tanpa hutang itu menenangkan. Buat aku yang pelupa, lebih memilih nggak suka pinjam-pinjam, apalagi pinjam ke bank cuma demi gaya hidup, ya sama sekali nggak terpikirkan.

Semoga Allah selalu beri kita hati yang cukup atas apa-apa yang kita miliki. Toh, meski seberapa banyak yang Allah titipkan, kalau kita tidak merasa cukup, kita akan terus merasa kurang. Jangan sampai karena merasa kurang, kita cari jalan pintas mengambil dari hal-hal yang haram.

Banjarmasin, 16 April 2022 | Pena Imaji

Rezeki

Salah satu rezeki setelah menikah ialah punya mertua dan kakak ipar yang baik dan pengertian. Semoga setiap kebaikan yang dilakukan, dinilai Allah sebagai amal, dan kembali pada diri kita masing-masing.

Jangan pernah lelah berbuat tulus kepada orang lain. Percayalah, bahwa Allah yang akan membalasnya dari arah yang tidak kita sangka-sangka.

Apabila salah satu dari kita merasa tidak beruntung nasibnya, bisa jadi itu adalah sisi lain nikmat dari Allah. Ya, agar kita tetap bersabar dan berbuat baik. Bukankah menghadapi ujian itu juga nikmat? Nikmat meraih banyak pahala, kalau kita mau lapang dan bersyukur.

Alhamdulillahi bini'matihi tatimmush shalihaat..

Banjarmasin, 11 April 2022 | Pena Imaji

Pendamping Hidup

Carilah pendamping hidup yang rendah hati dan baik akhlaknya. Sepintar apapun ia, sehebat apapun ilmu dan pencapaiannya, sebanyak apapun hartanya, percuma jika dirinya sendirinya lah yang ia banggakan; yang mudah merendahkan orang lain; yang mengukur orang lain hanya berdasarkan parameter dirinya sendiri.

Selepas banyaknya ujian sebelum maupun sesudah menikah, aku jadi sangat bersyukur memiliki support system terbaik yang aku punya. Meski tentu ada tidak sempurnanya, namun aku bersyukur, bagiku dia sudah cukup sempurna untuk mendampingi hari-hariku yang penuh lika-liku ini; menemaniku yang juga banyak kurangnya. Bahkan kalo istilah bucinnya, dia adalah sosok yang aku doakan selama ini, hehe

Jangan pernah bosan berdoa dan meminta sesuatu yang memang kita butuhkan, bukan sekadar yang kita inginkan. Bukankah saat mendapatkan itu, jadi rasa syukur yang luar biasa?

Semakin dewasa, beneran deh, kita nggak butuh pendamping yang muluk-muluk pencapaiannya ini dan itu. Kedudukannya, jabatannya, bagaimana ia di mata orang lain. Kita lebih butuh akhlak baiknya, karena kita hidup dengannya setiap waktu, setiap detik dan setiap saat, bahkan sampai di titik-titik terendah kita.

Terimakasih sudah mau ikut berjuang, suamiku..

Banjarmasin, 29 Maret 2022 | Pena Imaji

Menunggu Ujian

Sekiranya manusia itu benar-benar ikhlas saat diuji, dan mengembalikan semua urusannya pada Pencipta, niscaya hatinya pun menjadi tenang dan lapang. Semoga ada banyak dosa yang digugurkan disana, dikuatkan hatinya, dimudahkan segala urusannya.

Sebab, sebaik apapun yang manusia ikhtiarkan, Allah selalu memberi jalan cerita yang jauh lebih baik. Memberikan banyak arti dan pelajaran untuk manusia itu sendiri.

Bersyukur bukan hanya bicara tentang nikmat hidup, melainkan juga nikmat diuji agar selalu mengingat segala kuasa-Nya.

Banjarmasin, 28 Maret 2022 | Pena Imaji

Berbuat Baik

Jangan pernah memberi atau membantu orang lain, kalau kamu mengharap balasan darinya. Berilah karena memang kamu ingin memberi atau membantunya, tanpa perhitungan.

Menyedihkan sekali jika ada orang pernah membantumu, lalu mengungkit pernah memberi kamu ini dan itu, bahkan meminta kembali apa yang sudah ia beri.

Jadi, kamu jangan seperti itu..

Berilah orang lain dengan ikhlas, tanpa mengharap balasan apapun. Percayalah, apabila kamu tulus membantu, meski punyamu sendiri tidaklah banyak, Allah yang akan membalas kebaikanmu, bahkan dari arah yang tidak pernah kamu sangka sekalipun.

Pena Imaji

Ruang Penerimaan

Kalau kita merasa menyesal dengan keputusan-keputusan yang kita ambil, padahal sudah melibatkan Allah atas keputusan tersebut. Sebenarnya itu bukan penyesalan, kita hanya perlu belajar bagaimana caranya menerima.

Dari penerimaan itu, justru kita akan banyak belajar; saling mengenal dan akhirnya bisa saling mendukung satu sama lain.

Saat sebelum menikah, persiapkan banyak-banyak ruang penerimaan. Sebab, kitapun harus sadar, kita ini juga butuh diterima, yang itu berarti kitapun harus bisa menerima bagaimana orang lain.

Sangat disayangkan, apabila banyak dari kita tidak mau menerima hal-hal kecil yang sebenarnya bisa ditoleransi, atau hal-hal lain yang bisa dicari jalan keluarnya bersama. Hanya saja, kita menyerah untuk mengupayakannya.

Bukankah Allah tidak akan memberi sesuatu diluar kemampuan hamba-Nya?

Pena Imaji

Betapa banyak manusia membanggakan dirinya sendiri, namun, dengan cara merendahkan orang lain. Padahal, cara bagaimana ia memperlakukan orang lain itulah merupakan cerminan dari dirinya sendiri.

Semoga setelah melihat seperti itu, kita banyak memohon ampun pada Allah. Mintalah pada Ia agar kita dikaruniai hati yang bersih, yang tidak mudah menjustifikasi orang lain; yang tidak mudah merendahkan orang lain; yang mudah memaafkan perbuatan orang lain; yang mudah berbaiksangka; yang mudah memberi udzur kepada orang lain atas apa-apa yang tidak kita ketahui.

Sebab, mana tahu yang kita kira lebih buruk, esok, ia jauh lebih mulia di sisi Tuhannya.

Pena Imaji

loading